BAB I
PENDAHULUAN
Bakteri tuberkulosis ini pertama kali ditemukan oleh
Robert Koch pada tahun 1882 dan sering menginfeksi organ paru-paru dibanding
bagian lain tubuh manusia. Insidensi TB dilaporkan meningkat secara drastis
pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Pada tahun 1993, WHO merencanakan
kedaruratan global penyakit TB karena pada sebagian besar negara di dunia,
penyakit TB tidak terkendali, terutama penderita menular (TB positif). Demikian
pula di Indonesia, TB merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian
(mortalitas), diagnosis dan terapinya. Indonesia menempati urutan ketiga
setelah India dan China di dunia. Hasil survei Depkes RI tahun1992, menunjukkan
bahwa TB merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung dan
pembuluh darah lainnya.
Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita TB baru pertahun dengan
262.000 BTA positif atau insidens rate sekitar 130 per 100.000 penduduk.TB
banyak terdapat di kalangan penduduk dengan kondisi sosial ekonomi lemah dan
menyerang golongan usia produktif (15-54 tahun). Penyakit TB biasanya menular
melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang
dilepaskan pada saat penderita TB batuk, sedangkan pada anak-anak sumber
infeksi umumnya berasal dari penderita TB dewasa. Bakteri ini sering masuk dan
berkumpul di dalam paru-paru dan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada
orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melaui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening (Castillo,2004).
Seseorang dikatakan terinfeksi TB apabila kuman TB
berada dalam tubuhnya meskipun tidak aktif. Seringkali setelah kuman TB
memasuki badan, kekebalan tubuh mengontrol kuman tersebut. Kuman ini hidup
dalam tubuh bertahun-tahun lamanya dalam bentuk tidak aktif. Saat kuman tidak
aktif maka penyakit tidak dapat ditularkan kepada orang lain.
Meningkatnya penularan infeksi TB
banyak dihubungkan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang
tidak mempunyai tempat tinggal, dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping
itu daya tahan tubuh yang lemah atau turun, jumlah kuman memegang peranan
penting dalam terjadinya infeksi TB (Depkes RI, 2006).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
TBC
·
TBC yang sering disebut
juga TB atau Tuberculosis adalah suatu penyakit mematikan karena kuman Mycobacterium Tuberculosis.
·
TBC ini
merupakan suatu penyakit yang menyerang Peradangan paru-paru dan penyakit ini
pun kerap sekali menyerang anak-anak dan orang dewasa yang Umurnya sekitar
15-35 tahun, penyakit ini pun bersifat kronis atau menahun hingga berlangsung
lama dan dapat menular.
·
TBC adalah penyakit
menahun atau kronis dan menular.
B.
Penyebab TBC
Penyakit TBC adalah
suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert
Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri
tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang
disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
C.
Tanda dan Gejala TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi
menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang
terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,
sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1.
Gejala Sistemik/Umum
v Demam
tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
v Penurunan
nafsu makan dan berat badan.
v Batuk-batuk
selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
v Perasaan
tidak enak (malaise), lemah.
2.
Gejala Khusus
v Tergantung
dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
v Kalau
ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
v Bila
mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
v Pada
anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak
menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan
pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru
dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5
tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
D.
Pengobatan TBC
Pengobatan bagi penderita penyakit
TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan
sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara
total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan
dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
Selama proses pengobatan, untuk
mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita untuk
menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3
bulannya. Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan
rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya
kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan
memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau
ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal ‘Triple Drug’.
E.
Pencegahan TBC
Sebelum terjadi pada diri kita
sebaiknya kita melakukan pencegahan, agar kita bisa terhindar dari penyakit TBC
tersebut. Adapun cara pencegahannya adalah sebagai berikut:
Ø Tidak
meludah disembarang tempat, usahakan meludah ditempat yang terkena sinar
matahari atau ditempat sampah.
Ø Ketika
ada seseorang ingin batuk atau bersin sebaiknya anda menutup mulut untuk
menjaga terjadinya penularan penyakit.
Ø Kesehatan
badan harus sering di jaga supaya sistem imun senangtiasa terjaga dan kuat.
Ø Jangan
terlalu sering begadang karena kurang istirahat akan melemahkan sistem
kekebalan tubuh.
Ø Jaga
jarak aman terhadap penderita penyakit TBC
Ø Sering-seringlah
berolahraga supaya tubuh kita selalu sehat.
Ø Lakukan
imunisasi terhadap bayi untuk mencegah penyakit TBC
Ø Jemur
tempat tidur bagi penderita TBC, karena kuman TBC dapat mati apabila terkena
dengan sinar matahari.
F.
Patofisiologis TBC
Penularan TB Paru terjadi karena
kuman mycobacterium tuberculosis. dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat hidup
dalam udara bebas selama kurang lebih 1-2 jam, tergantung pada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Suasana lembab dan gelap
kuman dapat tahan berhari– hari sampai berbulan–bulan. Bila partikel ini
terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel pada jalan nafas atau
paru–paru.
Partikel dapat masuk ke dalam
alveolar, bila ukuran vartikel kurang dari 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi
terlebih dulu oleh neutropil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel
ini akan dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakea bronkhial bersama
gerakan sillia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru maka ia
akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat
terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Kuman yang bersarang ke jaringan
paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang
primer atau efek primer atau sarang ghon (fokus). Sarang primer ini
dapat terjadi pada semua jaringan paru, bila menjalar sampai ke pleura
maka terjadi efusi pleura. Kuman dapat juga masuk ke dalam saluran
gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit. Kemudian bakteri masuk
ke dalam vena dan menjalar keseluruh organ, seperti paru, otak, ginjal, tulang.
Bila masuk ke dalam arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran keseluruh bagian
paru dan menjadi TB milier.
Sarang primer akan timbul
peradangan getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan diikuti
pembesaran getah bening hilus (limfangitis regional). Sarang primer limfangitis
lokal serta regional menghasilkan komplek primer (range). Proses sarang
paru ini memakan waktu 3–8 minggu. Berikut ini menjelaskan skema tentang perjalanan
penyakit TB Paru hingga terbentuknya tuberkel ghon.
G.
Komplikasi TBC
Beberapa komplikasi yang sering
ditemukan pada pasien TBC atau TB antara lain sebagai berikut :
1. Kerusakan tulang dan sendi
Nyeri tulang punggung dan kerusakan
sendi bisa terjadi ketika infeksi kuman TB menyebar dari paru-paru ke jaringan
tulang. Dalam banyak kasus, tulang iga juga bisa terinfeksi dan memicu nyeri di
bagian tersebut.
2. Kerusakan otak
Kuman TB yang menyebar hingga ke
otak bisa menyebabkan meningitis atau peradangan pada selaput otak. Radang
tersebut memicu pembengkakan pada membran yang menyelimuti otak dan seringkali
berakibat fatal atau mematikan.
3. Kerusakan hati dan ginjal
Hati dan ginjal membantu menyaring
pengotor yang ada adi aliran darah. Fungsi ini akan mengalami kegagalan apabila
kedua organ tersebut terinfeksi oleh kuman TB.
4. Kerusakan jantung
Jaringan di sekitar jantung juga
bisa terinfeksi oleh kuman TB. Akibatnya bisa terjadi cardiac tamponade, atau
peradangan dan penumpukan cairan yang membuat jantung jadi tidak efektif dalam
memompa darah dan akibatnya bisa sangat fatal.
5. Gangguan mata
Ciri-ciri mata yang sudah
terinfeksi TB adalah berwarna kemerahan, mengalami iritasi dan membengkak di
retina atau bagian lain.
6. Resistensi kuman
Pengobatan dalam jangka panjang
seringkali membuat pasien tidak disiplin, bahkan ada yang putus obat karena
merasa bosan. Pengobatan yang tidak tuntas atau tidak disiplin membuat kuman
menjadi resisten atau kebal, sehingga harus diganti dengan obat lain yang lebih
kuat dengan efek samping yang tentunya lebih berat.
H.
Cara Penularan TBC
Penyakit TBC biasanya
menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan
pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul
di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah
atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi
hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa
berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri
yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis
bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan
dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan
dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri
TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem
imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan
pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan
mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang
banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang
nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah
memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel
berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang
telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara
lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan
kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat
tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh
yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang
peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
I.
Asuhan Yang Diberikan Pada Penderita
TBC
Pada konsep dasar asuhan
keperawatan ini akan dibahas tentang
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,implementasi, evaluasi dan
perencanaan pulang.
1.
Pengakajian
Pengkajian menurut 11 pola Gordon yaitu:
a. Pola
pemeliharaan kesehatan
1) Adanya
riwayat keluarga yang mengidap penyakit tuberculosis paru
2) Kebiasaan
merokok atau minum alcohol
3) Lingkungan
yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang.
b.Pola
nutrisi metabolic
1) Nafsu
atau selera makan menurun
2) Mual
3) Penurunan
berat badan
4) Turgor
kulit buruk,kering, kulit bersisik
c. Pola
eliminasi
1)
Adanya gangguan pada
BAB seperti konstipasi
2)
Warna urin berubah
menjadi agak pekat karena efek samping dari obat tuberculosis paru
d.
Pola aktivitas dan
latihan
1)
Kelemahan umum/ anggota
gerak
2)
Pemenuhan kebutuhan
sehari-hari terganggu.
e. Pola
tidur dan istirahat
1)
Kesulitan tidur pada
malam hari
2)
Mimpi buruk
3)
Berkeringat pada malam
hari
f. Pola
persepsi kognitif
Nyeri dada meningkat karena batuk
g.Pola
persepsi dan konsep diri
1)
Perasaan isolasi/
penolakan karena panyakit menular
2)
Perasaan tidak berdaya
h.Pola
peran hubungan dengan sesama
1)
Perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran
2)
Frekuensi ineraksi
antara sesame jadi kurang.
i. Pola
reproduksi seksualitas
Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis
dengan pasangan
j. Pola
meknisme koping dan toleransi terhadap stress
1)
Menyangkal (khususnya
selama hidup ini)
2)
Ansietas
3)
Perasaan tidak berdaya
k.Pola
sistem kepercayaan
Kegiatan beribadah terganggu
2.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menjelaskan status atau masalah kesehatan aktual dan potensial. Tujuannya
adalah mengidentifikasi : pertama adanyanya masalah actual berdasarkan respon
klien terhadap masalah atau penyakit. Kedua faktor-faktor yang berkontribusi
atau penyebab adanya masalah. Ketiga kemampuan klien untuk mencegah atau
menghilangkan masalah.
Menurut Donges, (1999: hal 241), diagnosa yang
sering muncul pada kasus tuberculosis paru adalah:
a. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan
secret kental, atau secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema
trakeal/ faringeal.
b. Resiko
tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan/
tambahan infeksi, terpajan lingkungan dan kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan pathogen.
c. Gangguan
pertukaran gas O2 edan CO2 berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru,
atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler dan secret kental, tebal.
d. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubah
berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/ produksi sputum, dispnea dan
anorexia.
e. Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan kurang
informasi / salah interpretasi
informasi, keterbatasan kognitif dan tak akurat / tak lengkap informasi
yang ada.
3.
Intervensi
Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa
keperawatan maka perlu dibuat perncanaan keperawatan atau intervensi
keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan
mencegah maslah keperawatan klien. Tahap perencanaan adalah penentuan prioritas
diagnosa, penetapan sasaran (goal) dan tujuan , penetapan tujuan, penetapan
kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan.(Nursalam, 2001: hal
53)
Setelah menyusun prioritas
perencanaan di atas maka langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana
tindakan. Adapun rencana tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada
Tuberkulosis Paru adalah sebagai berikut : (Doenges , 1999 : hal 244).
a. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan
secret kental, atau secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema
trakeal/ faringeal.
v Tujuan : Mempertahankan jalan napas
v Kriteria Hasil :
Mengeluarkan secret tanpa bantuan,
menunjukan
perilaku
mempertahankan jalan napas.
v Rencana Tindakan :
1) Kaji
pungsi pernapasan seperti bunyai napas, irama, kedalaman.
Rasional
: Penurunan bunyi napas dapat menunjukan
atelektasis, ronchi menunjukan akumulasi secret.
2) Catat
kemampua untuk mengeluarkan dahak dan batuk efektif.
Rasional
:Pengeluaran secret sulit jika secret
kental, sputum berdarah, diakibatkan oleh kerusakan paru-paru.
3) Ajarkan
pasien tekhnik napas dalam dan cara
melakkukan batuk efektif.
Rasional
:Batuk efektif membantu pengeluaran sputum, napas dalam mambantu ventilasi
maksimal meningkatkan gerkan secret
4) Anjurkan
pasien untuk banyak minum air putih 2000-2500 cc.
Rasional
:Pemasukan tinggi cairan membantu untuk
mengencerkan secret.
5) Berikan
pasien posisi yang nyaman, posisi semifowler.
Rasional
: semifoweler membantu memaksimalkan
ekpansi paru dan meminimalkan upaya pernapasan
6) Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian agen mucolitik, brochodialator, kortikosteroid.
Rasional
: Menurunkan kekentalan dan merangsang
pengeluaran secret.
b. Resiko
tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan/
tambahan infeksi, terpajan lingkungan dan kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan pathogen.
v Tujuan :
dapat menentukan intervensi mencegah /
menurunkan
resiko penyebaran infeksi
v Kriteria hasil :
melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan
lingkungan yang aman.
v Rencana Tindakan :
1) Cuci
tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan.
Rasional
: Mengurangi resiko kontaminasi silang.
2) Berikan
ruangan yang bersih dan berventilasi baik.
Rasional
: Mengurangi pathogen pada system imun
dan mengurangi kemkungkinan pasien mengalami infeksi nosokomial.
3) Pantau
tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah, frekunesi pernapasan).
Rasional
: Memberikan informasi data dasar awitan/
peningkatan suhu secara berulang-ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukan
bahwa bereaksi pada proses infeksi yang tidak dapat disembuhkan.
4) Kaji
frekuensi, kedalaman pernapasan , perhatikan batuk spasmodik kering pada
inspirasi dalam perubahan karakteristik sputum, dan adanya mengi / ronchi . lakukan isolasi pernapasan bila
etiolgi batuk produktif tidak diketahui.
Rasional:
Kongesti atau distress pernapasan dapat mengidentifikasi perkembangan PCP
penyakit yang paling sering terjadi meskipun demikian , TB mengalami peningkatan
an infeksi jamaur lainnya.
5) Periksa
adanya luka/ lokasi alat infasif, perhatikan tanda-tanda infeksi/ inflamasi.
Rasional
:Identifikasi / perawatan awal dari infeksi sekunder dapat
mencegah terjadinya sepsis.
6) Anjurkan
pasien untuk batuk dan bersin menggunakan tissue dan membuang pada tempat,
anjurkan buang dahak pada wadah cairan disinfektan.
Rasional
:Mencegah terjadinya penularan nosokomial
dari pasien keperawatan atau orang lain.
7) Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian antibiotic, antijamur, anti agen mikroba.
Rasional
:Menghambat proses infeksi beberapa obat
di targetkan untuk organsime tertentu ( sistem perusak).
c. Gangguan
pertukaran gas O2 edan CO2 berhubungan dengan penurunan
permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler dan
secret kental, tebal.
v Tujuan :
bebas dari distress pernapasan
v Kriteria Hasil :
perbaikan ventilasi dan perbaikan
oksigenasi
jaringan
adekuat dengan gas darah dalam rentang
normal.
v Rencana Tindakan :
1) Kaji
disepnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal, meningkatnya respirasi,
keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
Rasional
: TB paru menyebabkann efek luas pada
paru dan bagian kecil bronkopnemonia sampai inflasmasi, difusi luas, nekrosis,
effusi pleura, dan fibrosis luas. Efek pernapasan dapat ringan sampai dispnea
berat sampai distress penapasan.
2) Evaluasi
perubahan tingakat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan kulit,
selaput mukosa dan warna kuku .
Rasional
: akumulasi secret dapat mempengaruhi
oksigenasi oragan vital
3) Demonstrasikan
atau anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, khususnya dengan
pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
Rasional
: membantu tahanan melawan udara luar
untk mencegah kolaps atau penyempitan jalan napas, sehingga membantu
menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan/menurunkan napas pendek.
4) Ajnurkan
untuk bed rest / mengurangi aktivitas.
Rasional
: menurunkan konsumsi oksigen / kebutuhan
selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.
5) Kolaborasi
untuk pemberian oksigen tambahan
Rasional
: alat dalam perbaikan hipokalesemia yang
dapat terjadi sekunder terhadap ventilasi / menurunnya permukaan alveolar paru.
d. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubah
berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/ produksi sputum, dispnea dan
anorexia.
v Tujuan :
meningkatkan perubahan / perilaku pola
makan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
v Kriteria hasil :
menunjukan peningkatan berat badan dan
bebas
dari tanda-tanda malnutrisi.
v Rencana Tindakan :
1) Kaji
status nutrisi, riwayat mual dan muntah.
Rasional:
berguna dalam mendefinisikan derajat/ luasnya masalah dan pilihan intervensi
yang tepat.
2) Kaji
pola diet yang disukai / tidak disukai
Rasional:
membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan khusus. Pertimbangan
keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
3) Monitor
intake dan output secara periodik
Rasional:
berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
4) Dorong
klien untuk makan sedikit tapi sering dengan makan tinggi protein karbohidrat.
Rasional:
Memaksimalakan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang perlu/kebutuhan energi dari
makanan yang banyak menurunkan iritasi gaster.
5) Rujuk
keahli diet untuk menentukan komposisi diet
Rasional:
memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk
kebutuhan metabolic
6) Berikan
obat penetralisir asam lambung sesuai indikasi
Rasional:
dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehingga dengan obat atau
efek pengobatan pernapasan perut yang penuh.
7) Berikan
terapi parenteral sesuai indikasi
Rasional:
membantu terpenuhinya kebutuhan cairan dan pengobatan parenteral.
e. Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan kurang
informasi / salah interpretasi
informasi, keterbatasan kognitif dan tak akurat / tak lengkap informasi
yang ada.
v Tujuan :
menunjukan perubahan perilaku untuk
memperbaiki
kesehatan
v Kriteria Hasil : Klien menyatakan pemahaman proses
penyakit/prognosis
kebuthan pengobatan.
v Rencana Tindakan :
1) Kaji
tingkat pengetahuan pasien.
Rasional
:Menentukan tingkat pengetahuan pasien.
2) Kaji
kemampuan belajar pasien
Rasional
: Belajar tergantung pada emosi dan
kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahap individu.
3) Beri
penyuluah tentang penyakit TB Paru ( pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
Rasional
: Agar pasien dapat mengerti tentang
penyakit yang di TB Paru ( pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
4) beri
kesempatan untuk bertanya dan jawab pertanyaan pasien.
Rasional
:Meningkatkan pemahaman tentang penyakitnya.
5) Evaluasi
kembali tingkat pemahaman pasien tentang penyakit TB Paru ( pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan
pencegahan).
Rasional
:Mengetahui tingkat pemahaman pasien
tentang penyakit TB Paru (( pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
6) Anjurkan
pada pasien untuk mengunjungai petugas kesehatan bila ada keluhan.
Rasional
: agar petugas kesehatan dapat mengatasi
masalah kesehatan yang terdapat pada pasien.
4.
Implementasi
Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan
adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan dilanjutkan
pada nursing orders untuk membantu klien tujuan yang diharapkan. Oleh karena
itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang memperngaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
yang mencakup peningkatan kesehatan,
pecegahan penyakit, pemuliahan kesehatan dan memanifestasi koping. Perencanaan
tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai
keinginan untuk beradapatasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama
tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan pengumpulan data dan memilih tinakan
keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan
keperwatan di catat dalam format yang telah ditetapkan oleh semua institusi.
Dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis Paru yang perlu diperhatikan adalah
memperhatikan jalan napas, pencegahan tahap penularan karena penyakit ini
sangat berpotensi untuk menularkan kepada orang lain melalui udara ( born I
nfection), bebas dari geala distress pernapasan, nyeri berkurang / hilang,
mempertahan kan berat badan ideal dan menunjukan prubaha perilau dalam
meningkatkan kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperwatan,
perawat harus mampu bekerja sama dengan klien, keluarga, serta anggota tim
kesehatan yang lain sehingga asuhan yang diberikan dapat optimal dan
komprehensif. (Nursalam, 2001: hal 63).
5.
Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi yang digunakan mencakup
dua bagian yaitu evaluasi proses (formatting) dan evaluasi hasil (sumatif).
Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan secara terus-menerus terhadap tindakan
yang telah dilakukan . sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi tindakan secara
keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan
menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Adapun evaluasi yang diharapkan
pada penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan diagnosa yang muncul adalah mempertahankan jalan napas,
mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi, bebas dari distress pernapasan,
nyeri berkurang / hilang , bebas dari
tanda-tanda malnutrisi dan berat badan menjadi ideal, melakukan perubahan
perilaku dan pola hidup untuk meningkatkan kesehatan dan menurunkan resiko
pengaktifan ulang penyakit Tuberculosis Paru. (Nursalam, 2001 : hal 71)
6.
Perencanaan
Pulang
Perencanaan pulang atau discharger
planning pada pasien dengan tuberculosis paru adalah:
a. Anjurkan
klien untuk mengkonsumsi obat OAT secata teratur sesuai dengan instruksi
dokter.
b. Mencegah
penyebaran infeksi, contoh membuang dahak ditempat yang tertutup dan tidak
disembarang tempat bila perlu diberi larutan desinfektan
c. Istirahat
yang cukup.
d. Menghidari
suhu udara yang terlalu dingin dan lembab.
e. Memperbaiki
sirkulasi udara di rumah dengan ventilasi rumah yang memadai.
f. Memberikan
penyinaran matahari yang baik di rumah.
g. Menghindari
faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor (polusi).
h. Makanan
yang dianjurkan Diet tinggi protein (Hewani : Daging, susu, telur, ikan. Nabati
: Kacang-kacangan, tahu, tempe), Diet tinggi vitamin : Buah-buahan dan sayuran
i.
Makanan yang harus
dihindari adalah alcohol
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
v TBC
adalah suatu penyakit mematikan karena kuman Mycobacterium
Tuberculosis, bersifat kronis atau menahun hingga berlangsung lama dan dapat
menular.
v Penyakit TBC disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
v Gejala
penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat.
v Pengobatan
bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama,
yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC
dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi
obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan
gizi yang cukup baik.
v
Beberapa komplikasi
yang sering ditemukan pada pasien TBC atau TB antara lain sebagai berikut : 1) kerusakan
tulang dan sendi, 2) kerusakan otak, 3) kerusakan hati dan ginjal, 4) kerusakan
jantung, 5) gangguan mata, dan 6) resistensi kuman.
v
Cara pencegahan TBC
adalah sebagai berikut: 1) tidak meludah disembarang tempat, 2) ketika ada
seseorang ingin batuk atau bersin menutup mulut untuk menjaga terjadinya
penularan penyakit, 3) kesehatan badan harus sering di jaga, 4) jangan terlalu
sering begadang , 5) jaga jarak aman terhadap penderita penyakit tbc. 6) sering-seringlah
berolahraga supaya tubuh kita selalu sehat, 7) lakukan imunisasi terhadap bayi
untuk mencegah penyakit tbc, 8) jemur tempat tidur bagi penderita tbc
v Penyakit TBC
biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang
dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
B.
Saran
v Yang
paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah meningkatkan daya
tahan tubuh dengan makanan bergizi
v TBC
adalah penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita
dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta
teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
http://arizhandhy.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-tbc.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar