A.
LABIOSKIZIS/LABIOPALATOSKIZIS
PENGERTIAN :
1. Kelainan
kotak palatine (bagian depan serta samping muka serta langit – langit mulut)
tidak menutup dengan sempurna
2. Merupakan
deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang
sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri
tidak tumbuh bersatu.
Belahnya belahan dapat sangat berpariasi, mengenai salah satu bagian
atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum
serta molle. Suatu klasifikasi berguna membagi struktur – struktur yang terkena
menjadi :
a. Palatum
primer : meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum dibelahan
foramen incivisium.
b. Palatum
sekunder : meliputi palatum durum dan molle posterior terhadap foramen.
Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer
dan palatum sekunder dan dapat unilateral atau bilateral.
Kadang – kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam kasus
ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
ETIOLOGI
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing antara
lain :
a. Faktor
genetik atau keturunan : dimana material genetik dalam khromosom yang
mempengaruhi. Dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan
khromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 khromosom yang terdiri dari
22 pasang khromosom non sex(kkhromosom 1 – 22) dan 1 pasang khromosom sex
(khromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing
terjadi trisomi 13 atau sindroma patau dimana ada 3 untai khromosom 13 pada
setiap sel penderita, sehingga jumlah total khromosom pada setiap selnya adalah
47. jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan
menyebabkan ganggguan berat pada perkembangan otak, jantung dan giinjal. Namun
kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekueunsi 1 dari 8000 – 10000 bayi
yang lahir.
b. Kurang
nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C dan asam folat.
c. Radiasi
d. Terjadi
trauma pada kehamilan trimester pertama
e. Infeksi
pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infelsi rubella dan
sifillis, toksoplasmosis dan klamidia
f.
Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal,
akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol.
g. Multifaktorial
dan mutasi genetik
h. Displasia
ektodrmal.
PATOFISIOLOGI
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena
tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah
menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali.
Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris
dengan prominem nasalis medial yang diikuti difusi kedua bibir, rahang dan
palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum
durum serta palatum mole terjadi sekitar kehamilan ke 7 sampai 12 minggu.
KLASIFIKASI
a. Berdasarkan
organ yang terlibat :
1. Celah
bibir (labioskizis)
2. Celah
di gusi (gnatoskizis)
3. Celah
dilangit (Palatoskizis)
4. Celah
dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit – langit
(labiopalatoskizis).
b. Berdasarkan
lengkap/ tidaknya celah terbentuk :
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan
hingga yang berat, beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
1. Unilateral
iincomplete Jika
celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan tidak memanjang ke hidung
2. Unilateral
complete Jika
celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga
ke hidung
3. Bilateral
complete Jika
celah sumbing terjadi dikedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah
karena pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang specifik.Sebetulnya ada
pemeriksaan yang dapat digunakan uuntuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi
kelainan atau tidak. Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhnya specifik. Ibu
hamil dapat memeriksakan kandungannya dengan menggunakan USG.
GEJALA DAN TANDA
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing, yaitu :
1. Terjadi
pemisahan langit – langit
2. Terjadi
pemisahan bibir
3. Terjadi
pemisahan bibir dan langit – langit
4. Infeksi
telinga berulang
5. Berat
badan tidak bertambah
6. Pada
bayi terjadi regurgitasi nasal sehingga ketika menyusui yaitu keluarnya air
susu dari hidung.
KOMPLIKASI
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing
ada beberapa komplikasi
karenanya, yaitu :
1. Kesulitan
makan (kurang gizi) ; dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti
dengan celah palatum memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi
makan yang benar dan juga kesabaran memberi makan pada bayi dengan bibir
sumbing.
2. Infeksi
telinga ; dikarenakan tidak berfungsi dengan bai saluran yang menghubungkan
telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi maka akan
kehilangan pendengaran
3. kesulitan
berbicara ; Otot – otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena
adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat
menghambatnya.
4. masalah
gigi ; pada celah bibir, gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh
sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.
PENATALAKSANAAN
Penanganan uuntuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi
ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang menigkat
dan bebas dari iinfeksi oral pada saluran nafas dan sistemik.dalam bebarapa
buku dikatakakkn juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum
sepuluh (rules of ten) yaitu Berat badan bayi min 10 pon kadar Hb 10 gr% dan
usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10000/ui.
Perawatan :
1. Menyusui
2. Menggunakan
alat khusus
3. posisi
mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau belakang
lidah bayi
4. tepuk –
tepuk punggung bayi berkali – kali karena cenderung uuntuk menelan banyak udara
5. periksa
bagia bawah hidung dengan teratur, kadang – kadang luka terbentuk pada bagian
bawah pemisah lobang hidung
6. Suatu
kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini
terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut uuntuk memberikan kesempatan pada
kulit yang elmbut tersebut untuk sembuh
7. Setelah
siap menyusu, perlahan – lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung
kapas yang dicelupkan dalam hydrogen peroksida setengah kuat atau air.
Pengobatan :
1. Dilakukan
bedah elektif yang melibatkakn bebrapa disiplin ilmu untuk penanganan
selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kalainan
tetapi waktunya yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi.
2. Tindakan
pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule of ten
yaitu umur >10 mg, BB > 10 kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.00 ui
3. Tindakan
operasi selanjutnya adalah menutup langitan / palatoplasti dikerjakan sediini
mungkin (15 – 24 bln) sebelum anak mampu bicara lengkap sehiongga pusat bicara
otak belum membentuk cara bicara. Pada umur 8 – 9 thn dilaksanakan tindakan
operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maksila uuntuk memungkinkan ahli
ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.
4. Operasi
terakhir pada i\usia 15 – 17 tahu n dikerjakan setelah pertumbuhan tulang –
tulang muka mendeteksi selesai.
5. Operasi
mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki kerusakan yang lebar.
Dalam hal ini suatu kontur seperti balon bicara ditempel pada bagian belakang
gigi geligi menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.
6. Anak
tersebut juga membutuhkan teraphi bicara karena langit – langit sangat penting
untuk pembentukan bicara dan perubahan struktur.
Prinsip perawatan secara umum :
1. Lahir;
bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (naso Gastric Tube) bila perlu untuk
membantu masuknya makanan kedalam lambung.
2. Umur 1
minggu ; pembuatan feeding plate untuk mambantu menutup langit – langit dan
mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot khusus.
3. Umur 3
bulan ; labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung)
dan evaluasi telinga.
4. Umur 18
bulan – 2 thn ; palatoplasty
tindakan operasi langit – langit bila terdapat sumbing pada langit – langit.
5. Umur 4
tahun ; dipertimbangkan repalatory atau pharingoplasty
6. Umur 6
tahun ; evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
7. Umur 11
tahun ; alveolar bone graft augmentation (cangkok tulang pada pinggir alveolar
untuk memberikan jalan bagi gigi caninus). Perawatan ortodontis
8. Umur 12
– 13 tahun ; final touch,perbaikan – perbaikan bila diperlukan
B. ATRESIA OESOPHAGUS
PENGERTIAN :
Atresia oesophagus adalah gangguan pembentukan
dan pergerakan lipatan pasangan kranial dan satu lipatan kaudal pada usus depan
primitif.
Atresia oesophagus sering disertai dengan
kelainan jantung, gastrointestinal(atresia duodeni, atresia ani), kelainan
tulang. Akibat atresia saliva akan terkumpul diujung bagian yang buntu, yang
akan mengalir keluar atau masuk kedalam trakhea (bila terdapat fistula). Lebih
berbahaya bila melalui fistula trakheo-oesophagus, cairan lambung mengalir
kedalam paru – paru.
ETIOLOGI :
Kegagalan pada fase embrio terutama pada bayi
yang lahir prematur
MANIFESTASI KLINIK :
Hipersekresi cairan dari mulut
Gangguan menelan makanan (tersedak, batuk)
DIAGNOSIS :
Biasanya disertai hydramnion (60%) dan hal ini pula yang
menyebabkan kenaikan frekuensi bayi yang lahir prematur. Sebaiknya bila dari
anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hydramnion,
hendaknya dilakukan kateterisasi oesophagus dengan kateter no 6 – 10 F. Bila
kateter terhenti pada jarak kurang dari 10cm, maka harus diduga terdapat
atresia oesophagus.
Bila pada bayi baru lahir timbul sesak nafas yang
disertai dengan air liur yang meleleh keluar, harus disertai terdapat atresia
oesophagus.
Segera setelah diberi minum, bayi akan berbangkis, batuk
dan cyanosis karena aspirasi cairan kedalam jalan nafas.
Diagnosis pasti dapat dibuat dengan photo thoraks yang
akan menunjukkan gambaran kateter terhenti pada tempat atresia. Pemberian
kontras kedalam oesophagus dapat memberi gambaran yang lebih pasti, tetapi cara
ini tidak dianjurkan.
Perlu dibedakan pada pemeriksaan fisik apakah lambung
terisi udara atau kosong untuk menunjang atau menyingkirkan terdapatnya fistula
trakheo oesophagus. Hal ini dapat dilihat pada photo abdomen.
PENATALAKSANAAN :
Pertahankan posisi bayi dalam posisi tengkurap, bertujuan
untuk meminimalkan terjadinya aspirasi
Pada anak segera dipasang kateter kedalam oesophagus dan
bila mungkin dilakukan penghisapan terus menerus.
Pertahankan keaktifan fungsi respirasi
Dilakukan tindakan pembedahan.
C. ATRESIA REKTI DAN ATRESIA ANUS
PENGERTIAN
Atresia rekti adalah obstruksi pada rektum.
Atresia anus adalah obstruksi pada anus.
Atresia anus adalah salah satu bentuk kelainan
bawaan yang menunjukan keadaan tidak adanya anus, atau tidak sempurnanya anus.
ETIOLOGI :
Belum diketahui secara pasti
Merupakan (kegagalan perkembangan) anomaly
gastrointestinal (sistem pencernaan) dan genitourinary (sistem perkemihan)
Gangguan pertumbuhan fusi dan pembentukan anus dari
tonjolan embrionik
Pada atresia anus, diduga ada keterlibatan kelainan
genetik pada khromosom 21
BENTUK - BENTUK KELAINAN ATRESIA ANUS :
Lubang anus sempit atau salah letak di depan tempat
semestinya
Terdapat selaput pada saat pembukaan anus sehingga
mengganggu proses pengeluaran feces
Rektum (saluran akhir usus besar) tidak terhubung dengan
anus
Rektum terhubung degan saluran kemih atau sistem
reproduksi melalui fistula (lubang), dan tidak terdapat pembukaan anus.
MANIFESTASI KLINIK
Tidak bisa b a b melalui anus
Distensi abdomen
Perut kembung
Muntah muntah pada umur 24 – 48 jam
PEMERIKSAAN FISIK :
Anus tampak merah
Usus melebar kadang – kadang tampak illieus obstruksi
Pada auskultasi terdengar hyperperistaltik.
D. HISCHPRUNG
Pada tahun 1886 Hischprung mengemukakan 2 kasus
obstipasi sejak lahir yang dianggapnya disebabkan oleh dilatasi kolon. Kedua
penderita tersebut kemudian meninggal. Dikatakannya pula bahwa keadaan tersebut
merupakan kesatuan klinis tersendiri dan sejak itu disebut penyakit hiscprung.
Zuelser dan wilson (1984) mengemukakan bahwa pada
dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis. Sejak saat
tersebut penyakit ini dikenal dengan istilah aganglionis kongenital.
PENGERTIAN
HISCHPRUNG adalah suatu obstruksi pada sistem
pencernaan yang disebabkan oleh karena menurunnya kemampuan motilitas
kolon, sehingga mengakibatkan tidak adanya ganglionik usus.
ETIOLOGI
Kegagalan pembentukan saluran pencernaan selama
masa perkembangan fetus.
TANDA DAN GEJALA
Konstipasi / tidak bisa b a b
Distensi abdomen
Muntah
Dinding andomen tipis
Trias yang sering ditemukan adalah : mekoniu yang
terhambat keluar (lebih dari 24 jam), perut kembung dan muntah berwarna hijau.
Pemeriksaan colok anus sangat penting dan pada
pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti
dengan keluarnya udara dan mekonium/feses yang menyemprot.
Pemeriksaan penunjang :
Pada photo polos abdomen tegak akan terlihat usus
– usus melebar atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah.
DIAGNOSIS PASTI :
Pemeriksaan histopatologis, yaitu tidak terdapatnya sel
ganglion parasimpatis, yang dapat dilakukan dengan jalan :
a. Biopsi hisap mukosa sampai dengan submukosa diambil dengan mengunakan
alat penghisap dan selanjutnya dicari sel ganglion pada daerah submukosa.Cara
biopsi ini tidak traumatik, mudah dan dapat dikerjakan di poliklinik.
Kesukarannya adalah mencari sel ganglion submukosa tersebut.
b. Biopsi otot rektum Dengan cara iini diambil lapisan otot. Tindakan
ini dilakukan dengan anak dalam narkose.
Pemeriksaan aktifitas enzim asetylkolin esterase dari
hasil biopsi hisap. Pada penyakit hiscphrung, khas terdapat peningkatan
aktifitas enzim asetylkolin esterase.
Pemeriksaan aktifitas norepinephrin dari jaringan biopsi
usus. Usus yang aganglionosis akan menu njukkan peningkatan aktifitas enzim
tersebut.
BERDASARKAN PANJANG SEGMEN YANG TERKENA, DAPAT
DIBEDAKAN MENJADI 2 TYPE :
Penyakit hiscprung segmen pendek segmen aganglionosis dari
anus sampai sigmoid. Merupakan 70 % dari kasus penyakit hischprung dan lenih
sering ditemukan pada anaka laki – laki dibanding anak perempuan.
Penyakit hischprung segmen panjang Daerah aganglionoosi dapat
melebihi sigmoid, malahan dapat mengenai seluruh kolon atau sampai usus halus.
Ditemukan sa ma pada anak laki – laki dan perempuan.
PENATALAKSANAAN
Pengangkatan aganglionik (usus yang dilatasi)
Dilakukan tindakan colostomy
Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat
E. OBSTRUKSI BILLIARIS
PENGERTIAN
Adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena
terbentuknya jaringan fibrosis.
ETIOLOGI
Degenerasi sekunder
Kelainan kongenital
TANDA DAN GEJALA
Ikterik (pada umur 2 – 3 minggu) peninbgkatan bilirubin
direct dalam serum (kerusakan parenkim hati, sehingga billirubin indirect
meningkat)
Billirubinuria
Tinja berwarna seperti dempul
Terjadi hepatomegali
PENATALAKSANAAN
Pembedahan
F. OMFALOKEL
PENGERTIAN
Adalah merupakan hernia pada pusat, sehingga isi perut
keluar dalam kantong peritoneum.
Omfalokel
(eksomfotos) adalah suatu cacat umbilicus, tempat usus besar dan organ abdomen
lain dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai dengan kelainan kromosom, yang
harus disingkirkan. Cacat dapat bervariasi dan diameter beberapa centimeter
sampai keterlibatan dinding abdomen yang luas. Organ yang menonjol keluar
ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang mudah terinfeksi. Rongga abdomen
sendiri sangat kecil, sehingga perbaikan bedah bisa sangat sulit atau tidk
mungkin, kecuali bila dinding abdomen yang tersisa cukup dapat direntang untuk
memungkinkan penempatan kembali isi abdomen. Penggantinya, cacat ini dapat
ditutupi dengan bahan sintetis seperti silastic, yang dapat digulung ke atas,
sehingga usus dapat didorong masuk secara bertahap ke dalam rongga abdomen
dalam masa beberapa minggu. (Pincus eatzel dan Len Roberts. 1995. Kapita
Selekta Pediatri. EGC : Jakarta).
Omfalokel
(eksomfalokel) adalah suatu hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dan
dibungkus suatu kantong peritoneum. Penanganannya adalah secara operatif dengan
menutup lubang pada pusat. Kalau keadaan umum bayi tidak mengizinkan isi perut
yang keluar dibungkus steril dulu setelah itu baru dioperasi. (Rustam Mochtar.
1998. Sinopsis Obstetri. EGC : Jakarta)
Omfalokel
disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu
janin berumur 10 minggu sehingga menyebabakan timbulnya omfalokel. Kelainan ini
dapat segera dilihat, yaitu berupa prostrusi dari kantong yang berisi usus dan
visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus. Angka kematian
tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi
Sebelum
dilakukan operasi, bila kantong belum pecah, harus diberi merkurokrom dan
diharapkan akan terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut
sehingga operasi dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi
dilakukan segera sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua
isi usus dan otot visera sekaligus ke rongga abdomen akan menimbulkan tekanan
yang mendadak pasa paru sehingga timbul gejala gangguan pernapasan (Staf
Pengajar IKA dan FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedia – Jakarta.)
Omfalokel
merupakan herniasi isi perut ke dasar umbilicus yang ditutupi lapisan
transparan yang terdiri dari selaput amnion dan peritoneum.
(Segi-segi
Praktis IKA, Rahman M. Jakarta : 1984)
Omalokel
disebabkan oleh kegagalan otot dalam kemali ke rongga abdomen pada waktu janin
berumur 10 minggu hingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat
terlihat dengan adanya prostrusi (sembilan) dari kantong yang serisi usus dan
visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat
menonjol keluar). Angka kematian kelainan ini tinggi bila omfalokel besar
karena kantong pecah dan terjadi infeksi. (Ngastiyah. Perawatan Anak
Sakit.Editor Setiawan. Jakarta : EGC, 1997)
ETIOLOGI
Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga
abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya
omfalokel.
TANDA DAN GEJALA
Gangguan pencernaan, karena polisitemia dan hyperinsulin
Berat badan lahir > 2500 gram
Protrusi dari kantong yang berisi usu dan visera abdomen
melalui defek dinding abdomen pada umbilikus.
PENATALAKSANAAN
Berikan diit TKTP
Dilakukan tindakan pencegahan
Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum
pecah, harus diberi merkurokhrom dan diharapkan akan terjadi penebalan selaput
yang menjadi kantong tersebut sehingga operasi dapat ditunda sampai beberapa
bulan. Sebaiknya operasi dilakukakn segera setelah lahir, tapi harus diingat
bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan alat visera sekaligus kedalam rongga
abdomen akan menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru – paru sehingga timbul
gejala gangguan pernafasan.
REFERENSI :
Maryam, Andi & Yuniarti. 2009. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan pada Neonatus, Bayi, dan Balita. Makassar: Universitas Indonesia
Timur.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric .Jakarta:
EGC.
Muslihan, Nur Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.
Yogyakarta: Fitramaya
Narendra,Moersintowarti, ddk. 2002. Buku Ajar Tumbuh
Kembang Anak dan Remaja Edisi I. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Sagung Seto.
SOAL-SOAL
Soal
no 1-5
Doni
adalah seorang anak dari ny. R yang berusia 1 tahun 5 bulan yang mempunyai
kelainan bawaan sejak lahir, doni menderita
labioskizis dengan celah sumbing hanya terjadi di salah satu bibir dan
tidak memanjang ke hidung.
1.
Dari kasus di atas, dapat di
katakan doni menderita labioskizis jenis :
a.
Unilateral complete
b.
Unilateral incomplete
c.
Unilateral complet &
incomplete
d.
Bilateral complete
Jawaban
: A. Unilateral Complete.
2.
Berdasarkan kasus
diatas,penatalaksanaan apa yang tepat untuk dilakukan:
a.
Operasi dilakukan setelah bayi
berusia 2 bulan
b.
Operasi dilakukan setelah bayi
berusia 5 bulan
c.
Operasi dilakukan setelah bayi
berusia 11 bulan
d.
A,b & c salah.
Jawaban : A.
3.
labioskizis (bibir sumbing)
dapat di berikan perawatan sebagai berikut kecuali :
a.
menyusui, dan menggunakan alat
khusus
b.
posisi mendekati duduk dengan aliran yang
langsung menuju bagian sisi atau belakang lidah bayi
c.
tepuk – tepuk punggung bayi berkali – kali karena
cenderung untuk menelan banyak udara
d.
Setelah
siap menyusu, perlahan – lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung
kapas yang dicelupkan dalam alcohol.
Jawaban : D.
4.
Ny. R tidak tahu apa faktor penyebab terjadinya
bibir sumbing(labioskizis), menurut ny.R kebutuhan selama kehamilan sudah
terpenuhi dan tercukupi, namun doni anak
dari ny. R lahir dengan kelainan bawaan labioskizis (bibir sumbing), faktor
penyebab terjadinya labioskizis tersebut adalah, kecuali :
a.
faktor genetic atau keturunan
b.
kurang nutrisi dan radiasi
c.
bifaktorial
d.
Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama
dan infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin, dan pengaruh obat
teratogenik.
Jawaban : C.
5.
Sebelum partus, ny.R sudah melakukan
pemeriksaan USG dengan dr. H , dan hasilnya dokter mengatakan :
a.
Adanya kelainan pada janin seperti :
Berat badan tidak bertambah,
Terjadi pemisahan bibir.
b.
Adanya kelainan pada janin seperti : berat badan
bertambah, tidak terjadi pemisahan bibir.
c.
A & B benar.
d.
A, B, & C salah.
Jawaban
: A.
Ny.
M berusia 25 tahun, mempunyai seorang
anak bernama doni berusia 2 tahun, dengan keluhan nyeri di dada, ini sering
terjadi pada saat doni tengkurup, atau
menelan suatu makanan tertentu/ obat.
Kasus
untuk soal No 6 s/d 9
6.
Dari kasus di atas, diagnosa
apa yang dapat ditentukan:
a.
Atresia ani
b.
Atresia eshofagus
c.
Atresia ani dan eshofagus
d.
Hidrosefalus.
Jawaban : B.
7.
Gejala yang muncul pada Ny.
M :
a.
Banyak mengeluarkan ludah,
terbatuk, bahkan tersedak setelah berusaha menelan makanan, sianosis, tidak mau
menyusui.
b.
Tidak banyak mengeluarkan
ludah, tersedak, flu, pilek.
c.
Flu, pilek, pening, mual
&muntah.
d.
Mual &muntah, hoyong,
sianosis, tidak mau menyusui.
Jawaban : A.
8.
Bagaimana cara penatalaksanaan sakit yang diderita
oleh doni :
a.
Jangan biarkan doni telungkup.
b.
Jangan biarkan doni selalu
mengkonsumsi Asi.
c.
Sebaiknya pertahankan posisi
bayi atau pasien dalam posisi tengkurup
bertujuan untuk meminimalkan terjadinya aspirasi, pertahankan keefektifan
fungsi respirasi.
d.
Sebaiknya bayi di baringkan
agar tidak terjadi rasa nyeri tersebut.
Jawaban : C.
9.
Penanganan apa yang harus
dilakukan :
a.
Pemasangan inf.NaCl 0,9 %,
abocat no. 18.
b.
Pemasangan Khateter ke dalam
eshofagus.
c.
Pemasangan Inf. NaCl 0,9 %,
abocat no. 20
d.
A,B, & C benar.
Jawaban : B.
( Soal
No.10- 12)
Ny. R
berusia 23 tahun, baru saja partus pervaginam, bidan memantau n mengawasi perkembangan
janin yang tidak mengeluarkan mekonium selama 24-28 jam.
10. Dari
kasus diatas, diagnose apa yang dapat ditentukan:
a.
Atresia rekti dan anus
b.
Atresia eshofagus
c.
Labioskizis dan
labiopalatokizis
d.
Hirschprung
Jawaban
: D.
11. Tanda
dan gejala yang terjadi pada bayi tersebut :
a.
Bayi tidak mengeluarkan
mekonium dalam rentan waktu 20-24 jam
b.
Bayi tidak mengeluarkan
mekonium dalam rentan waktu 24-28 jam.
c.
Bayi tidak mengeluarkan
mekonium dalam rentan waktu 28jam
d.
Bayi tidak mengeluarkan
mekonium dalam rentan waktu 24-26 jam.
Jawaban : B.
12. Apa
faktor penyebab terjadinya hal tersebut :
a.
Suatu penyumbatan pada
usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat.
b.
Penyumbatan pada usus
c.
Bagian atas lambung masuk ke dalam lubang diafragma.
d.
Penyumbatan pada lambung.
Jawaban : A.
(Soal No. 13- 15)
Ny. S berusia 21 tahun datang bersama
anaknya yang bernama dimas , dengan keluhan susah buang air besar dan perut
makin lama makin membuncit.
13. Dari
kasus diatas, diagnose apa yang dapat ditentukan :
a.
Hernia diafragma
b.
Omfalokel
c.
Obstruksi billiaris
d.
Atresia rekti dan anus
Jawaban : C.
14. Apa
penyebab terjadinya perut membuncit pada dimas ?
a.
Karna terjadi peradangan di
lambung, sehingga usus tidak dapat mencerna makanan, akibatnya tidak dapat di
buang melalui anus dan tersumbat di usus.
b.
Tidak di ketahui.
c.
Karna mengkonsumsi makanan
yang kelat.
d.
Semuanya salah.
Jawaban : B.
15. Bagaimana
pengobatan dan perawatan yang dapat dilakukan dengan segera ;
a.
Operasi efektif : persiapan
pasien saat akan dioperasi, pasien dipuasakan ; Beri cairan melalui infuse.
b.
Operasi efektif : persiapan
pasien untuk operasi, pasien dipuasakan; beri inj. B12.
c.
Sintomatik(sesuai dengan
gejala yang timbul).
d.
Pemasangan khateterisasi ke
dalam eshofagus.
Jawaban : A.
(Soal No. 16- 18)
Ny. P berusia 20 tahun, baru selesai
partus pervaginam , bidan mengawasi n mengecek bagian abdomen bayi, ternyata usus
yang menonjol hanya ditutupi oleh membrane tipis transparan yang terdiri dari
amnion dan peritoneum sehingga perut janin terlihat menonjol ke depan.
16. Dari
kasus di atas , diagnose apa yang dapat ditentukan:
a.
Hernia Diafragma
b.
Obstruksi billiaris
c.
Labioskizis dan
labiopalatoskizis
d.
Omfalokel.
Jawaban :
D.
17. Apa
faktor penyebab terjadinya kelainan
tersebut :
a.
Sampai sekarang belum
diketahui.
b.
Faktor infeksi
c.
Faktor keturunan atau genetic.
d.
A dan C benar.
Jawaban : A.
18. Bagaimana
penatalaksanaan untuk mengatasi terjadinya kelainan tersebut ?
a.
Segera dilakukan pembedahan
untuk menutupi omfalokel.
b.
Secsio Cesaria
c.
Laparatomi
d.
B & C benar.
Jawaban : A.
19. Sebutkan
klasifikasi dari kelainan di atas :
A. Tipe 1 : diameter defek < 2,5 cm.
b. Tipe 2 : diameter
defek 2,5 – 5 cm.
c. Tipe 3 : diameter defek > 5 cm.
d. A,B, & C benar.
Jawaban : D.
20. Penatalaksanaan
apa yang harus segera dilakukan :
a.
Penatalaksanaan prenatal
b.
Penatalaksanaan postnatal ( setelah
Kelahiran ).
c.
Penatalaksanaan prenatal dan postnatal
( setelah kelahiran ).
d.
Penatalaksanaan unilateral incomplete.
Jawaban : C.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar