DETEKSI DINI PENYULIT
PERSALINAN
Pemanfaatan
Partograf pada setiap persalinan kala I aktif
Partograf merupakan alat untuk mencatat
informasi berdasarkan observasi, anamnesia dan pemeriksaan fisik ibu dalam
persalinan dan sangat penting khususnya untuk menbuat keputusan klinik selama
kala 1 persalinan.
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan.(
saifudin, abdul bari. 2002).
Menurut depkes RI (2004), tujuan utama dari penggunaan
partograf adalah untuk:
1. Mencatat
hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai serviks melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi
apakah proses persalinan berjalan
dengan normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partus lama.
Menurt depkes RI (2004) partograf harus digunakan :
1.
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai
elmen penting asuhan persalinan. partograf
harus di gunakan, baik ataupun adanya penyulit.
2. Partograf
akan membantu penolong persalinan dalam
memantau, menevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
3.
Selama persalinan dan kelahiran di semua temp ( rumah, puskesmas,klinik bidan swasta, rumah sakit,DLL).
4.
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu sekama pesalinan
dan kelahiran ( dr. spesialis obstetric ginekologi, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteron).
BIDAN HARUS MENCATAT KONDISI IBU DAN JANIN
1. DJJ
2. Air ketuban
3. Moulage tulang kepala
4. Pembukaan serviks
5. Penurunan kepala
6. Waktu
7. Kontraksi
8. Obat yang diberikan
9. Nadi
10. Tekanan darah
11. Suhu badan
12. Protein, aseton dan volume urine
Penggunaan
partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinnya mendapatkan asuhan
yang aman dan tepat waktu. Selain itu juga mecegah terjadinya penyulit yang
dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Mencatat
temuan pada partograf :
1.
Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti
pada saat mulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam” pada
partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2.
Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom,lajur dan skala pada partograf adalah untuk
pencatatn DJJ, air ketuban dan penyusupan ( kepala janin ).
a)
DJJ
Dengan menggunakan metode seperti yang di urauikan
pada bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih
sering jika ada tanda – tanda gawat janin).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara
garis tebal 180. Tetapi,penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120
b)
Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan
dalam, dan nilai warna air ketuban pecah. Catat temuan – temuan dalam kotak
yang sesuai di bawah lajur DJJ.
Gunakan – gunakan lambing berikut ini :
U
: ketuban utuh (belum pecah)
J : ketuban sudah pecah dan
air ketuban jernih
M : ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur mekonium
D
: ketuban sudah pecah dan air ketuan bercampur darah
K
:ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
c)
Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa
jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu.
Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjujkan kemungkinan
adanya Chepalo Pelvic Disporportion (CPD). Ketidakmampuan
akomodasi akan benar – benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak
dapat di pusahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting
sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan
rujuk ibu tangan tanda – tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas
kesehatan yang memadai. Gunakan lambing lambing berikut :
0 :
tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat di palpasi.
1
: tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang
tindih, tapi masih dapat di pisahkan.
3
: tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih da tidak
dapat dipisahkan
Menurut Depkes (2004),
kolom dan lajr kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
a)
Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam
bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering di
lakukan jika ada tanda – tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap
pemeriksaan. Tanda “X” harus di tulis digaris waktu yang sesuai dengan jalur
besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan
dalam yang di lakukakn pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap
pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b)
Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian fisik bab ini. Setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam(setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda –
tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya di ikuti
dengan turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan
serviks sebesar & cm.
c)
Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 jam cm dan berakhir pada titik
dimana pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus di mulai di garis waspada. Jika pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam),
maka harus di pertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang
memanjang, macet, dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang di
perlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitaskesehatan rujukan (rumah sakit
atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obsetetri.
Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak
atau 4 lajur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan
bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan
sebelum garis bertindak terlampui.
4.
Jam dan waktu
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak –
kotak yang di beri angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak
dimulainnya fase aktif persalinan.
b)
Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu misalnya fase aktif, tertera kotak – kotak
untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak
menyebabkan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit pada
lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam
fase aktif persalinan, catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu
yang sesuai.
5.
Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu
partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di
sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam
10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai.
6.
Obat – obatan dan cairan yang di berikan
Di bawah lajur kotak
observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat –
obat lainnya dan cairan IV.
a.
Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah di mulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang di berikan per volume cairan IV dan dalam satuan
tetesan per menit.
b.
Obat – obatan lain dan cairan IV
catat semua pemberian obat – obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak
yang sesuai dengan kolom waktunya.
7.
Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada
lembar depan partograf berkaitan dengan keehatan dan kenyamanan.
a.
Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh.
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan
dengan nadi dan tekanan darah ibu.
(3)
Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering
jika meningkat, atau di anggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat
temperature tubuh dalam kotak yang sesuai.
b.
Volume urine, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya
setiap 2 jam ( setiap kali ibu berkemih).
8.
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan
keputusan klinik disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah
tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat
catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan
keputusan klinik mencakup :
a.
Jumlah cairan peroral yang di berikan.
b.
Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan)
kabur.
d.
Persiapan sebelum melakukan rujukan.
e.
Upaya rujukan.
Pencatatan pada lembar belakang partograf :
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal – hal yang
terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan – tindakan yang di
lakukan sejak pesalinan kala I hingga IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah
sebabnya bagian ini di sebut sebagai catatn persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang di berikan pada ib u
dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan
klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan
klinik, terutamam pada pemantaun kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan). Selain itu, catatan persalinan( yang sudah di isi dengan lengkap dan tepat) dapat
pula di gunakan untuk menilai atau memantau sejauh mana telah di lakukan
pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman.
Bagian-bagian
dari partograf :
1. Kemajuan persalinan
Pembukaan
serviks (setiap 4 jam)
Penurunan
kepala janin (setiap 4 jam)
Kontraksi
uterus (setiap 30 menit)
2. Keadaan
Janin
DJJ (setiap
30 menit)
Warna dan
jumlah air ketuban (setiap PD)
Molase
tulang kepala janin (setiap PD)
3. Keadaan ibu
Nadi (setiap
30 menit)
Tekanan
darah, suhu (setiap 4 jam)
Urine :
volume dan protein (setiap 2-4 jam)
Obat-obatan
dan cairan IV
Penilaian pada
partogaf yang menggunakan tanda/symbol khusus
Temuan
|
Penilaian
|
Tanda
|
DJJ
|
/menit
|
|
Ketuban
|
selaput Utuh
selaput pecah, air ketuban Jernih
selaput pecah, air ketuban bercampur Mekoneum
selaput pecah, air ketuban bercampur Darah
selaput pecah, dan tidak ada air ketuban (Kering)
|
U
J
M
D
K
|
Molase
|
Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura mudah
dipalpasi.
Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,
tapi masih bisa dipisahkan
Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan.
|
0
1
2
3
|
Pembukaan serviks
|
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
|
X
|
Penurunan kepala janin
|
0/5 = jika kepala janin tidak teraba dari luar atau
seluruhnya sudah melalui simfisis pubis.
1/5 = jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba
di atas simfisis pubis.
2/5 = jika hanya 2 dari 5 jari bagian kepala janin
teraba di atas simfisis pubis. Berarti hampir seluruh kepala telah turun ke
dalam saluran panggul (bulatnya kepala tidak dapat diraba dan kepala janin
tidak dapat digerakkan).
3/5 = jika hanya 3 dari 5 jari bagian kepala janin
teraba diatas simfisi pubis.
4/5 = jika sebagian besar kepala janin berada di
atas simfisis pubis.
5/5 = jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di
atas simfisis pubis.
|
O
|
Kontraksi uterus
(dalam 10 menit)
|
Kurang dari 20 detik
Antara 20 – 40 detik
Lebih dari 40 detik
|
|
Nadi
|
||
Tekanan darah
|
mmHg
|
|
DETEKSI
DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan .
Banyak para ahli mendefinisikan pengertian masa
nifas,yaitu :
Masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
(Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas
merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
Masa nifas
adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. (
Ibrahim C, 1998).
B. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari.Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Mendapatkan kesehatan emosi.
C. Pelayanan Kesehatan Ibu
Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu:
Kunjungan
nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan.
Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 – 14 hari).
Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 miggu setelah persalinan (36 – 42
hari).
D. Kebijakan Program Nasional Masa
Nifas
Kebijakan
program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan
untuk :
Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan
ibu nifas dan bayinya.
Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya.
E. Pelayanan yang
diberikan adalah :
Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera
setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A
pertama.
Pelayanan KB pasca salin
2 Jam Masa Nifas
Masa nifas adalah periode berakhirnya persalinan
(akhir kala III persalinan sampai akhir 6 minggu pertama post partum).
Nifas adalah sejak satu jam setelah plasenta lhir
sampai akhir minggu ke-6 atau berlangsungnya selama 42 hari.
Perawatan masa nifas adalah perawatan
terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan
kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi,
seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam
waktu 3 bulan.
Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya
sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan
post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas
episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya.
Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah
melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
Pemeriksaan yang dilakukan pada ibu nifas
adalah:
1. Pada 2-6 jam pertama
· TD. Pada proses persalinan terjadi
peningkatan tekanan darah sekitar 15 mmHg untuk systol dan 10 mmHg untuk
diastole namun kembali normal pada saat post partum.
· Suhu. Dapat naik sekitar 0,5⁰C dari kedaaan normal
tetapi tidak lebih dari 38 ⁰C dan dalam 12 s/d 24 jam pertama post partum kembali normal
· Denut nadi. Denyut nadi biasanya 60-80
x/i kecuali persalinan dengan penyulit perdarahan, denyut nadi dapat melebihi
100 x/i
· Fundus kembali keras dan bulat di atas
pusat
· Perdarahan pervaginam. Jumlah seperti
menstruasi terdapat gumpalan namun tidak lebih besar dari kulit jeruk
· Blass tidak teraba karena ibu dapat BAK
dengan lancar.
2. Pemeriksaan rutin setiap hari
· Pemeriksan fisik
· Tanda vital
· Payudara dan puting susu jika diinspeksi
tidak ada kemerahan dan nyeri
Aktifitas asuhan kebidanan dalam periode nifas dapat
dikategorikan sebagai pemulihan dan pemeliharaan kesehatan, peningkatan
kesejahteraan emosional dan pemberian informasi, pendidikan serta saran praktis
dari yang berpengalaman. Pada ibu dalam masa nifas terdapat perubahan –
perubahan :
1. PERUBAHAN FISIOLOGIS
Setelah keluarnya plasenta, kadar sirkulasi hormone
HCG ( human chorionic gonadotropin ), human plasental lactogen, estrogen dan
progesterone menurun. Human plasental lactogen akan menghilang dari peredaran
darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 minggu setelah melahirkan. Kadar
estrogen dan progesterone hampir sama dengan kadar yang ditemukan pada fase
folikuler dari siklus menstruasi berturut – turut sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan
polipeptida dan hormone steroid ini mengubah fungsi seluruh system sehingga
efek kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil, sekalipun pada
wanita para.perubahan – perubahan yang terjadi yaitu :
· Sistem cardiovaskular
Denyut
jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah melahirkan karena
terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat
yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal,
dan pembuluh darah kembali ke ukuran semula.
1. Volume darah
Perubahan
pada volume darah tergantung pada beberapa variabel. Contohnya kehilangan darah
selama persalinan, mobilisasi dan pengeluaran cairan ekstravaskular. Kehilangan
darah mengakibatkan perubahan volume darah tetapi hanya terbatas pada volume
darah total. Kemudian, perubahan cairan tubuh normal mengakibatkan suatu
penurunan yang lambat pada volume darah. Dalam 2 sampai 3minggu, setelah
persalinan volume darah seringkali menurun sampai pada nilai sebelum kehamilan.
2. Cardiac output
Cardiac
output terus meningkat selama kala I dan kala II persalinan. Puncaknya selama
masa nifas dengan tidak memperhatikan tipe persalinan dan penggunaan anastesi.
Cardiac output tetap tinggi dalam beberapa waktu sampai 48 jam post partum, ini
umumnya mungkin diikuti dengan peningkatan stroke voluma akibat dari
peningkatan venosus return, bradicardi terlihat selama waktu ini. Cardiac
output akan kembali pada keadaan semula seperti sebelum hamil dalam 2-3 minggu.
· Sistem haematologi
1. Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma
sedikit menurun, tetapidarah lebih kentaldengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan pembekuan darah.
Haematokrit
dan haemoglobin pada hari ke 3-7 setelah persalinan. Masa nifas bukan
masapenghancuran sel darah merahtetapi tambahan-tambahan akan menghilang secara
perlahan sesuai dengan waktu hdup sel darah merah. Pada keadaan tidak ada
komplikasi, keadaan haematokrit dan haemoglobin akan kembali pada keadaan
normalseperti sebelum hamil dalam 4-5 minggu post partum.
2. Leukositsis meningkat, dapat mencapai 15000/mm3
selama persalinan dan tetap tinggidalam beberapa hari post partum.
Jumlah sel
darah putih normal rata-ratapada wanita hamil kira-kira 12000/mm3. Selama 10-12
hari setelah persalinan umumnya bernilai antara 20000-25000/mm3, neurotropil
berjumlah labih banyak dari sel darah putih, dengan konsekuensi akan berubah.
Sel darah putih, bersama dengan peningkatan normal pada kadar sedimen
eritrosit, mungkin sulit diinterpretasikan jika terjadi infeksi akut pada waktu
ini.
3. Faktor pembekuan
Suatu
aktivasi faktor pembekuan darah terjadi setelah persalinan. Aktivasi ini,
bersamaan dengan dengan tidak adanya pergerakan, trauma atau sepsis, yang
mendorong terjadinya tromboemboli. Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan
fibrin mungkin akibat pengeluaran dari tempat plasenta.
4. Trombosis
Kaki ibu
diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda trombosis (nyeri,
hangat dan lemas, vena bengkak kemerahan yang dirasakan keras atau padat ketika
disentuh). Mungkin positif terdapat tanda-tanda human’s (doso fleksi
kaki dimana menyebabkan otot-otot mengkompresi vena tibia dan ada nyeri jika
ada trombosis). Penting untuk diingat bahwa trombisis vena-vena dalam mungkin
tidak terlihat namun itu tidak menyebabkan nyeri.
5. Varises
Varises pada
kaki dan sekitar anus (haemoroid) adalah umu pada kehamilan. Varises pada vulva
umumnya kurang dan akan segera kembali setelah persalinan.
· Payudara
Kadar prolaktin, yang disekresi oleh kelenjar
hypofisis anterior meningkat secara stabil selama kehamilan, tetapi hormone
plasenta menghambat produksi ASI. Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi
estrogen dan progesterone menurun, prolaktin dilepaskan dan sintesis ASI
dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan
vascular sementara. Air susu, saat diproduksi, disimpan di alveoli dan harus
dikeluarkan dengan efektif dengan cara diisap oleh bayi untuk pengadaan dan
keberlangsungan laktasi.
Pelepasan
oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior distimulsi oleh isapan bayi. Hal
ini menyebabkan konttraksi sel – sel mioepitel didalam payudara dan pengeluaran
ASI. Oksitosin juga menstimulasi kontraksi miometrium pada uterus, yang
biasanya dilaporkan wanita sebagai afterpain ( nyeri kontraksi uterus setelah
melahirkan ).
ASI yang
dapat dihasilkan oleh ibu pada setiap harinya ±150-300 ml, sehingga kebutuhan
bayi setiap harinya. ASI dapat dihasilkan oleh kelenjar susu yang dipengaruhi
oleh kerja hormon-hormon, diantaranya hormon laktogen.
ASI yang
akan pertama muncul pada awal nifas adalah ASI yang berwarna kekuningan yang
biasa dikenal dengan sebutan kolostrum. Kolostrum sebenarnya telah
terbentuk didalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12 minggu. Dan kolostrum
merupakan ASI pertama yang sangat baik untuk diberikan karena banyak sekali
manfaatnya, kolostrum ini menjadi imun bagi bayi karena mengandung sel darah
putih
6 JAM MASA NIFAS
1. Kunjungan
1 (6-8 jam setelah persalinan)
Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari bidan, karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24 jam pasca salin.
Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
c. Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif, cara menyusui yag baik, mencegah nyeri puting dan perawatan puting (Meilani, 2009: 54)
d. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
e. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
f. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil .
g. Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik.
h. Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien mengenai involusi uterus.
i. Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu.
j. Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan.
k. Bidan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadai kegawat daruratan (Meilani, 2009: 54).
Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari bidan, karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24 jam pasca salin.
Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
c. Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif, cara menyusui yag baik, mencegah nyeri puting dan perawatan puting (Meilani, 2009: 54)
d. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
e. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
f. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil .
g. Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik.
h. Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien mengenai involusi uterus.
i. Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu.
j. Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan.
k. Bidan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadai kegawat daruratan (Meilani, 2009: 54).
6 HARI MASA NIFAS
Bidan
memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum agar
dapat mendeteksi dini komplikasi dan penyulit yang mungkin terjadi. Bidan
perlu melakukan manajemen asuhan dengan mengumpulkan data, menetapkan diagnosa
dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mencegah atau mengobati
komplikasi atau penyulit dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama
periode nifas.
B.Komplikasi
dan penyulit yang sering terjadi masa nifas 6 hari
a. Gangguan Pada
Payudara
1. Bendungan air susu
ibu.
Bendungan
air susu atau “caked breast”, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup
hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu.Kelainan tersebut menggambarkan
aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam
payudara, yang merupakan prekuser regular untuk terjadi laktasi.Keadaan ini
bukan merupakan overdestensi sistem lakteal oleh susu.
Penatalaksanaan:
a. Keluarkan ASI secara manual/ASI tetap diberikan pada bayi.
a. Keluarkan ASI secara manual/ASI tetap diberikan pada bayi.
b. Menyangga
payudara dengan BH yang menyokong.
c. Kompres
dengan kantong es
d. Pemberian
analgesic
2. Mastitis.
Inflamasi perinkimatosa glandula mammaemerupakan komplikasi ante partum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang dijumapi dalam masa nifas dan laktasi.
Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama masa nifas dan umumnya baru ditemukan setelah minggu ketiga atau keempat. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa menggigil atau gejala grigor yang sebenarnya, yang segera di ikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras serta kemerahan, dan pasien mengeluhkan rasa nyeri.
Inflamasi perinkimatosa glandula mammaemerupakan komplikasi ante partum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang dijumapi dalam masa nifas dan laktasi.
Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama masa nifas dan umumnya baru ditemukan setelah minggu ketiga atau keempat. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa menggigil atau gejala grigor yang sebenarnya, yang segera di ikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras serta kemerahan, dan pasien mengeluhkan rasa nyeri.
Gejala mastitis.
a. Gejala
mastitis non-infeksius adalah:
1) Ibu
memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang akut.
2) Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras didaerah nyeri tekan tersebut.
3) Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja.
2) Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras didaerah nyeri tekan tersebut.
3) Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja.
b. Gejala
mastitis infeksius adalah :
1) Ibu
mengeluh lemah dan sakit pada otot seperti flu.
2) Ibu dapat
mengeluh sakit kepala.
3) Ibu demam
4) Terdapat
area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara.
5) Kulit
pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya.
6) Terjadi
pembengkakan pada payudara.
Penatalaksanaan.
Bila payudara tegang dan kemerahan maka:
a. Berikan
kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
b. Sangga
payudara.
c. Kompres
dingin.
d. Bila
diperlukan, berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
e. Ibu harus
di dorong menyusui meskipun ada pus.
f. Jika
bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik untuk
mengurangi demam dan nyeri.
g. Pantau
suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (>39 0C), periksa kultur
susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal.
h.
Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam dan
gejala berkurang.
i. Ikuti
perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
3. Putting susu lecet
a.Penyebab:
1. Kesalahan tehnik
menyusui
2. monoliasis/sariawan
mulut bayi yg menular ke putting
3. pemakaian sabun,
alcohol, krim atau zat iritan lain
4. Bayi dg tali lidah
(frenulum lingue) yang pendek
5. menghentikan menyusu
kurang hati-hati
b.Manajemen:
1. Susukan pada putting
yg normal terlebih dahulu
2. < frekensi
dan lamanya menyusu pada putting yg lecet
3. Tehnik menyusui yang
benar
4. pelembut putting dan
anti infeksi
5. Hindari sabun,
alcohol atau zat iritan lain
6. Bubuhkan minyak
lanolin atau minyak kelapa yg sudah dimasak untuk menghindari payudara penuh
4. Saluran susu
tersumbat (OBSTRUCTIVE DUCT)
a.Penyebab:
Saluran yang
tidak efektif karena:
- Posisi dan tehnik yang salah sewaktu menyusui Hisapan yang kurang baik
- Tidak sering disusukan termasuk tidak disusukan
- Tekanan jari ibu, tidur atau baju waktu menyusui
- Pemakaian BH yang ketat
- Stress dan kelelahan
- Sumbatan pada putting
b.Komplikasi dari: putting lecet,
payudara bengkak
a.
Gejala:
- Benjolan terlihat jelas dan lunak
- Nyeri, bengkak yang terlokalisir
- Kadang meradang dan merasa tidak nyaman, panas
c.Manajemen:
- Masase
- Kompres panas dingin secara bergantian
- Keluarkan ASI setelah menyusui bila masih terasa penuh
- Ubah posisi menyusui
- Infeksi masa nifas atausis puerperalis.
- Bakteri penyebab sepsis puerpuralis:
- Streptokoccus.
- Stafilokoccus.
- E. Coli.
- Clostridium tetani.
- Clostridium welchi.
- Clamidia dan gonocokkus.
b. Bakteri ini masuk
kedalam vagina dari luar yaitu:
- Malalui tangan dan alat yang tidak steril.
- Melaluui substansi.
- Malalui aktivitas seksual.
c. Tanda dan
gejala sepsis puerpuralis.
- Demam.
- Nyeri pelviks.
- Nyeri tekan di uterus.
- Lokia berbau menyengat.
- Terjadi keterlambatan dalam penurunan uterus.
- Pada laserasi terasa nyeri., bengkak dan mengeluarkan darah.
d. Faktor terjadi sepsis
puerpuralis.
- Personal Hygiene yang buruk.
- Tekhnik asptik yang buruk.
- Manipulasi yang sangat banyak pada jalan lahir.
- Adanya jaringan mati pada jalan lahir.
- Inersi tangan, instrumen atau pembalutyang tidak steril..
- Laserasi vagina/serviks yang tidak di perbaiki..
6
MINGGU MASA NIFAS
Waktu
6 minggu setelah persalinan ( 36-42)
Tujuannya
:
-
Menanyakkan
pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau ibu hadapi
-
Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abdormal
-
Memastikan
ibu mendapatkan cukup makanan , cairan dan istirahat
-
Memberikan
konseling pada ibu mengenai seluruh
asuhan pada bayi, tali pusat , menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi
-
Gizi
-
Menentukan
dan menyediakan metode dan KB
-
Senam
-
Rencana
untuk asuhan selanjutnya bagi ibu
-
Rencana
untuk bayi serta imunisasi
-
Perhatikan
kondisi umum ibu
REFERENSI
· Varney,Hellen,1997.Verney
Midwifery Textbook.Newyork:Jones and Burtlett
· JNPK,2002.Buku
Acuan Asuhan Persalinan Normal.Jakarta
· Saefuddin,
A.B.2000. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonanatal .Jakarta
· Rukiah,Yeyeh Rukiyah,2002. Asuhan Kebidanan IV. Trans Info
Media Jakarta
SOAL ASKEB IV
Kasus I ( no 1 s/d 3 )
Ny. A umur 38 tahun,
melahirkan anak ke 3, bayi lahir 30 menit yang lalu, jenis kelamin laki – laki,
sehat , BBL 3000 gram, plasenta belum lahir.
1.
Sesuai data diatas, Ny. A mengalami….
A. Plasenta
restan
B. Plasenta
previa
C. Solusio
plasenta
D. Retensio
plasenta
E. Vasa
previa
2.
Seharusnya Ny.A sudah mendapatkan injeksi oksitoksin sebanyak…
A.
1 x 10 IU
B.
2 x 10 IU
C. 3 x 10 IU
D.
4 x 10 IU
E.
5 x 10 IU
A.
pasang infuse
B. manual plasenta
C.
pasang transfuse
D.
injeksi oksitoksin
E.
beri oksige
KASUS
II ( no 4 s/d 7 )
Ny. M P5 A0 umur 35 tahun melahirkan bayi laki-laki
dengan berat badan 3600 gram, plasenta lahir spontan , perdarahan
550cc,kontraksi uterus lembek.
4.
Berdasarkan kasus tersebut diatas, perdarahan yang dialami Ny. M disebabkan
oleh :
A.
Atonia Uteri
B.
Ruptura Uteri
C.
Laserasi serviks
D.
Laserasi Perineum
E.
Retensio Sisa Plasenta
A.
Berikan Infus
B.
Lakukan Rujukan
C.
Berikan Ergometrin 0,2 IM
D.
Lakukan Kompresi Bimanual Internal
E.
Lakukan Kompresi Bimanual Eksternal
6.
Setelah dievaluasi tindakan pertama bidan, uterus mulai berkontraksi, berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk mempertahankan
tindakan tersebut?
A.
2 menit
B.
3 menit
C. 4
menit
D. 5
menit
E.
6 menit
7.
Apabila setelah dilakukan evaluasi , uterus tidak berkontraksi, maka urutan
tindakan selanjutnya adalah:
B.
Berikan ergometrin 0,2 mg IM
C.
Berikan misoprotol 600-1000 mcg per rectal
D. Pasang
infus RL + 20 unit oksitosin
KASUS III ( no. 8 s.d 10)
Ny. S usia 38 tahun G2 P0 A1, datang ke bidan inpartu sisa dukun, kenceng-kenceng sering dan
teratur sejak 2 hari yang lalu. Telah di pimpin mengejan oleh dukun 3 jam yang
lalu. KU Lemah, kelelahan. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 100x/menit, suhu 39
◦C, VT pembukaan 8 cm, kepala turun di hodge III, DJJ 182x/menit.
8.
Sesuai kasus diagnose Ny. S adalah…
A. Partus lama
B.
Partus kasep
C.
Partus macet
D.
Partus lambat
E.
Partus tak maju
9.
Dari data DJJ, janin mengalami…
A.
Infeksi genital
B.
Sepsis intra partum
C.
Infeksi intra uterin
D.
Infeksi ekstra uterin
E. Fetal distress
A. Sectio caesarea
B.
Versi ekstraksi
C.
Forcep ekstraksi
D.
Vaccum ekstraksi
JAWABAN
- D
- C
- B
- A
- D
- A
- A
- A
- E
- A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar