Senin, 29 April 2013

penyakit TBC

BAB I
PENDAHULUAN

Bakteri tuberkulosis ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882 dan sering menginfeksi organ paru-paru dibanding bagian lain tubuh manusia. Insidensi TB dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Pada tahun 1993, WHO merencanakan kedaruratan global penyakit TB karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit TB tidak terkendali, terutama penderita menular (TB positif). Demikian pula di Indonesia, TB merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), diagnosis dan terapinya. Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China di dunia. Hasil survei Depkes RI tahun1992, menunjukkan bahwa TB merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung dan pembuluh darah lainnya.
Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita TB baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate sekitar 130 per 100.000 penduduk.TB banyak terdapat di kalangan penduduk dengan kondisi sosial ekonomi lemah dan menyerang golongan usia produktif (15-54 tahun). Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TB batuk, sedangkan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB dewasa. Bakteri ini sering masuk dan berkumpul di dalam paru-paru dan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening (Castillo,2004).
Seseorang dikatakan terinfeksi TB apabila kuman TB berada dalam tubuhnya meskipun tidak aktif. Seringkali setelah kuman TB memasuki badan, kekebalan tubuh mengontrol kuman tersebut. Kuman ini hidup dalam tubuh bertahun-tahun lamanya dalam bentuk tidak aktif. Saat kuman tidak aktif maka penyakit tidak dapat ditularkan kepada orang lain.
Meningkatnya penularan infeksi TB banyak dihubungkan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal, dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah atau turun, jumlah kuman memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TB (Depkes RI, 2006).
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Defenisi TBC
·         TBC yang sering disebut juga TB atau Tuberculosis adalah suatu penyakit mematikan karena kuman Mycobacterium Tuberculosis.
·         TBC ini merupakan suatu penyakit yang menyerang Peradangan paru-paru dan penyakit ini pun kerap sekali menyerang anak-anak dan orang dewasa yang Umurnya sekitar 15-35 tahun, penyakit ini pun bersifat kronis atau menahun hingga berlangsung lama dan dapat menular.
·         TBC adalah penyakit menahun atau kronis dan menular.

B.     Penyebab TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

C.    Tanda dan Gejala TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1.      Gejala Sistemik/Umum
v  Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
v  Penurunan nafsu makan dan berat badan.
v  Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
v  Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2.      Gejala Khusus
v  Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
v  Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
v  Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
v  Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

D.    Pengobatan TBC
Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal ‘Triple Drug’.

E.     Pencegahan TBC
Sebelum terjadi pada diri kita sebaiknya kita melakukan pencegahan, agar kita bisa terhindar dari penyakit TBC tersebut. Adapun cara pencegahannya adalah sebagai berikut:
Ø  Tidak meludah disembarang tempat, usahakan meludah ditempat yang terkena sinar matahari atau ditempat sampah.
Ø  Ketika ada seseorang ingin batuk atau bersin sebaiknya anda menutup mulut untuk menjaga terjadinya penularan penyakit. 
Ø  Kesehatan badan harus sering di jaga supaya sistem imun senangtiasa terjaga dan kuat.
Ø  Jangan terlalu sering begadang karena kurang istirahat akan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Ø  Jaga jarak aman terhadap penderita penyakit TBC
Ø  Sering-seringlah berolahraga supaya tubuh kita selalu sehat.
Ø  Lakukan imunisasi terhadap bayi untuk mencegah penyakit TBC
Ø  Jemur tempat tidur bagi penderita TBC, karena kuman TBC dapat mati apabila terkena dengan sinar matahari.

F.     Patofisiologis TBC
Penularan TB Paru terjadi karena kuman mycobacterium tuberculosis. dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat hidup dalam udara bebas selama kurang lebih 1-2 jam, tergantung pada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari– hari sampai berbulan–bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel pada jalan nafas atau paru–paru.
Partikel dapat masuk ke dalam alveolar, bila ukuran vartikel kurang dari 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi terlebih dulu oleh neutropil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakea bronkhial bersama gerakan sillia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru maka ia akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk  ke organ tubuh lainnya.
Kuman yang bersarang ke jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang ghon (fokus). Sarang primer ini dapat terjadi pada semua jaringan paru, bila menjalar sampai ke pleura  maka terjadi efusi pleura. Kuman dapat juga masuk ke dalam saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit. Kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar keseluruh organ, seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke dalam arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran keseluruh bagian paru dan menjadi TB milier.
Sarang primer akan timbul peradangan getah bening menuju hilus  (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran getah bening hilus (limfangitis regional). Sarang primer limfangitis lokal serta regional menghasilkan komplek primer (range).  Proses sarang paru ini memakan waktu 3–8 minggu. Berikut ini menjelaskan skema tentang perjalanan penyakit TB Paru hingga terbentuknya tuberkel ghon.

G.    Komplikasi TBC
Beberapa komplikasi yang sering ditemukan pada pasien TBC atau TB antara lain sebagai berikut :
1.      Kerusakan tulang dan sendi
Nyeri tulang punggung dan kerusakan sendi bisa terjadi ketika infeksi kuman TB menyebar dari paru-paru ke jaringan tulang. Dalam banyak kasus, tulang iga juga bisa terinfeksi dan memicu nyeri di bagian tersebut.
2.      Kerusakan otak
Kuman TB yang menyebar hingga ke otak bisa menyebabkan meningitis atau peradangan pada selaput otak. Radang tersebut memicu pembengkakan pada membran yang menyelimuti otak dan seringkali berakibat fatal atau mematikan.
3.      Kerusakan hati dan ginjal
Hati dan ginjal membantu menyaring pengotor yang ada adi aliran darah. Fungsi ini akan mengalami kegagalan apabila kedua organ tersebut terinfeksi oleh kuman TB.
4.      Kerusakan jantung
Jaringan di sekitar jantung juga bisa terinfeksi oleh kuman TB. Akibatnya bisa terjadi cardiac tamponade, atau peradangan dan penumpukan cairan yang membuat jantung jadi tidak efektif dalam memompa darah dan akibatnya bisa sangat fatal.
5.      Gangguan mata
Ciri-ciri mata yang sudah terinfeksi TB adalah berwarna kemerahan, mengalami iritasi dan membengkak di retina atau bagian lain.
6.      Resistensi kuman
Pengobatan dalam jangka panjang seringkali membuat pasien tidak disiplin, bahkan ada yang putus obat karena merasa bosan. Pengobatan yang tidak tuntas atau tidak disiplin membuat kuman menjadi resisten atau kebal, sehingga harus diganti dengan obat lain yang lebih kuat dengan efek samping yang tentunya lebih berat.

H.    Cara Penularan TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

I.       Asuhan Yang Diberikan Pada Penderita TBC
Pada konsep dasar asuhan keperawatan ini akan dibahas tentang   pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,implementasi, evaluasi dan perencanaan pulang.
1.      Pengakajian
Pengkajian menurut 11 pola Gordon yaitu:
a. Pola pemeliharaan kesehatan
1)      Adanya riwayat keluarga yang mengidap penyakit tuberculosis paru
2)      Kebiasaan merokok atau minum alcohol
3)      Lingkungan yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang.
b.Pola nutrisi metabolic
1)      Nafsu atau selera makan menurun
2)      Mual
3)      Penurunan berat badan
4)      Turgor kulit buruk,kering, kulit bersisik
c. Pola eliminasi
1)            Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi
2)            Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping dari obat tuberculosis paru
d.             Pola aktivitas dan latihan
1)            Kelemahan umum/ anggota gerak
2)            Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.
e. Pola tidur dan istirahat
1)            Kesulitan tidur pada malam hari
2)            Mimpi buruk
3)            Berkeringat pada malam hari
f. Pola persepsi kognitif
Nyeri dada meningkat karena batuk
g.Pola persepsi dan konsep diri
1)            Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular
2)            Perasaan tidak berdaya
h.Pola peran hubungan dengan sesama
1)            Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
2)            Frekuensi ineraksi antara sesame jadi kurang.
i.  Pola reproduksi seksualitas
Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis dengan pasangan
j.  Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress
1)            Menyangkal (khususnya selama hidup ini)
2)            Ansietas
3)            Perasaan tidak berdaya
k.Pola sistem kepercayaan
Kegiatan beribadah terganggu

2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan aktual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi : pertama adanyanya masalah actual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit. Kedua faktor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah. Ketiga kemampuan klien untuk mencegah atau menghilangkan masalah.
Menurut Donges, (1999: hal 241), diagnosa yang sering muncul pada kasus tuberculosis paru adalah:
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan napas  berhubungan dengan secret kental, atau secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakeal/ faringeal.
b.      Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan/ tambahan infeksi, terpajan lingkungan dan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
c.       Gangguan pertukaran gas O2 edan CO2 berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler dan secret kental, tebal.
d.      Perubahan nutrisi  kurang dari kebutuhan tubah berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/ produksi sputum, dispnea dan anorexia.
e.       Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan kurang informasi / salah interpretasi  informasi, keterbatasan kognitif dan tak akurat / tak lengkap informasi yang ada.
3.      Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perncanaan keperawatan atau intervensi keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah maslah keperawatan klien. Tahap perencanaan adalah penentuan prioritas diagnosa, penetapan sasaran (goal) dan tujuan , penetapan tujuan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan.(Nursalam, 2001: hal 53)
Setelah menyusun prioritas perencanaan di atas maka langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana tindakan. Adapun rencana tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada Tuberkulosis Paru adalah sebagai berikut : (Doenges , 1999 : hal 244).
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan napas  berhubungan dengan secret kental, atau secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakeal/ faringeal.
v  Tujuan                    :  Mempertahankan jalan napas
v  Kriteria Hasil          :  Mengeluarkan secret tanpa bantuan, menunjukan
    perilaku mempertahankan jalan napas.
v  Rencana Tindakan            :
1)      Kaji pungsi pernapasan seperti bunyai napas, irama, kedalaman.
Rasional : Penurunan bunyi napas dapat menunjukan atelektasis, ronchi menunjukan akumulasi secret.
2)      Catat kemampua untuk mengeluarkan dahak dan batuk efektif.
Rasional :Pengeluaran secret sulit jika secret kental, sputum berdarah, diakibatkan oleh kerusakan paru-paru.
3)      Ajarkan pasien tekhnik  napas dalam dan cara melakkukan batuk efektif.
Rasional :Batuk efektif membantu pengeluaran sputum, napas dalam mambantu ventilasi maksimal meningkatkan gerkan secret
4)      Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih 2000-2500 cc.
Rasional :Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan secret.
5)      Berikan pasien posisi yang nyaman, posisi semifowler.
Rasional : semifoweler membantu memaksimalkan ekpansi paru dan meminimalkan upaya pernapasan
6)      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian agen mucolitik, brochodialator, kortikosteroid.
Rasional : Menurunkan kekentalan dan merangsang pengeluaran secret.      
b.      Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan/ tambahan infeksi, terpajan lingkungan dan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
v  Tujuan                                :   dapat menentukan intervensi mencegah /
    menurunkan resiko penyebaran infeksi
v  Kriteria hasil                      :   melakukan perubahan pola hidup untuk
    meningkatkan lingkungan yang aman.
v  Rencana Tindakan                        :
1)      Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan.
Rasional : Mengurangi resiko kontaminasi silang.
2)      Berikan ruangan yang bersih dan berventilasi baik.
Rasional : Mengurangi pathogen pada system imun dan mengurangi kemkungkinan pasien mengalami infeksi nosokomial.
3)      Pantau tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah, frekunesi pernapasan).
Rasional : Memberikan informasi data dasar awitan/ peningkatan suhu secara berulang-ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukan bahwa bereaksi pada proses infeksi yang tidak dapat disembuhkan.
4)      Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan , perhatikan batuk spasmodik kering pada inspirasi dalam perubahan karakteristik sputum, dan adanya mengi  / ronchi . lakukan isolasi pernapasan bila etiolgi batuk produktif tidak diketahui.
Rasional: Kongesti atau distress pernapasan dapat mengidentifikasi perkembangan PCP penyakit yang paling sering terjadi meskipun demikian , TB mengalami peningkatan an infeksi jamaur lainnya.
5)      Periksa adanya luka/ lokasi alat infasif, perhatikan tanda-tanda infeksi/ inflamasi.
Rasional :Identifikasi /  perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis.
6)      Anjurkan pasien untuk batuk dan bersin menggunakan tissue dan membuang pada tempat, anjurkan buang dahak pada wadah cairan disinfektan.
Rasional :Mencegah terjadinya penularan nosokomial dari pasien keperawatan atau orang lain.
7)      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic, antijamur, anti agen mikroba.
Rasional :Menghambat proses infeksi beberapa obat di targetkan untuk organsime tertentu ( sistem perusak).
c.       Gangguan pertukaran gas O2 edan CO2 berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler dan secret kental, tebal.
v  Tujuan                    :   bebas dari distress pernapasan
v  Kriteria Hasil          :   perbaikan ventilasi dan perbaikan oksigenasi
     jaringan adekuat dengan gas darah dalam rentang
     normal.
v  Rencana Tindakan :
1)      Kaji disepnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal, meningkatnya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
Rasional : TB paru menyebabkann efek luas pada paru dan bagian kecil bronkopnemonia sampai inflasmasi, difusi luas, nekrosis, effusi pleura, dan fibrosis luas. Efek pernapasan dapat ringan sampai dispnea berat sampai distress penapasan.
2)      Evaluasi perubahan tingakat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan kulit, selaput mukosa dan warna kuku .
Rasional : akumulasi secret dapat mempengaruhi oksigenasi oragan vital
3)      Demonstrasikan atau anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, khususnya dengan pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
Rasional : membantu tahanan melawan udara luar untk mencegah kolaps atau penyempitan jalan napas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan/menurunkan napas  pendek.
4)      Ajnurkan untuk bed rest / mengurangi aktivitas.
Rasional : menurunkan konsumsi oksigen / kebutuhan selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.
5)      Kolaborasi untuk pemberian oksigen tambahan
Rasional : alat dalam perbaikan hipokalesemia yang dapat terjadi sekunder terhadap ventilasi / menurunnya permukaan alveolar paru.
d.      Perubahan nutrisi  kurang dari kebutuhan tubah berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/ produksi sputum, dispnea dan anorexia.
v  Tujuan                                :  meningkatkan perubahan / perilaku pola
   makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
v  Kriteria hasil                      :  menunjukan peningkatan berat badan dan
   bebas dari tanda-tanda malnutrisi.
v  Rencana Tindakan                        :
1)      Kaji status nutrisi, riwayat mual dan muntah.
Rasional: berguna dalam mendefinisikan derajat/ luasnya masalah dan pilihan intervensi yang  tepat.
2)      Kaji pola diet yang disukai / tidak disukai
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
3)      Monitor intake dan output secara periodik
Rasional: berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
4)      Dorong klien untuk makan sedikit tapi sering dengan makan tinggi protein karbohidrat.
Rasional: Memaksimalakan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang perlu/kebutuhan energi dari makanan yang banyak menurunkan iritasi gaster.
5)      Rujuk keahli diet untuk menentukan komposisi diet
Rasional: memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic
6)      Berikan obat penetralisir asam lambung sesuai indikasi
Rasional: dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehingga dengan obat atau efek pengobatan pernapasan perut yang penuh.
7)      Berikan terapi parenteral sesuai indikasi
Rasional: membantu terpenuhinya kebutuhan cairan dan pengobatan parenteral.
e.       Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan kurang informasi / salah interpretasi  informasi, keterbatasan kognitif dan tak akurat / tak lengkap informasi yang ada.
v  Tujuan                                :   menunjukan perubahan perilaku untuk
    memperbaiki kesehatan
v  Kriteria Hasil                      :    Klien menyatakan pemahaman proses
  penyakit/prognosis kebuthan pengobatan.
v  Rencana Tindakan                        :
1)      Kaji tingkat pengetahuan pasien.
Rasional :Menentukan tingkat pengetahuan pasien.
2)      Kaji kemampuan belajar pasien
Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahap individu.
3)      Beri penyuluah tentang penyakit TB Paru ( pengertian, penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
Rasional : Agar pasien dapat mengerti tentang penyakit yang di TB Paru ( pengertian, penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
4)      beri kesempatan untuk bertanya dan jawab pertanyaan pasien.
Rasional :Meningkatkan pemahaman tentang penyakitnya.
5)      Evaluasi kembali tingkat pemahaman pasien tentang penyakit TB Paru ( pengertian, penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
Rasional :Mengetahui tingkat pemahaman pasien tentang penyakit TB Paru (( pengertian, penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
6)      Anjurkan pada pasien untuk mengunjungai petugas kesehatan bila ada keluhan.
Rasional : agar petugas kesehatan dapat mengatasi masalah kesehatan yang terdapat pada pasien.

4.      Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan dilanjutkan pada nursing orders untuk membantu klien tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang memperngaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang  mencakup peningkatan kesehatan, pecegahan penyakit, pemuliahan kesehatan dan memanifestasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk beradapatasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan pengumpulan data dan memilih tinakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperwatan di catat dalam format yang telah ditetapkan oleh semua institusi.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis Paru yang perlu diperhatikan adalah memperhatikan jalan napas, pencegahan tahap penularan karena penyakit ini sangat berpotensi untuk menularkan kepada orang lain melalui udara ( born I nfection), bebas dari geala distress pernapasan, nyeri berkurang / hilang, mempertahan kan berat badan ideal dan menunjukan prubaha perilau dalam meningkatkan kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperwatan, perawat harus mampu bekerja sama dengan klien, keluarga, serta anggota tim kesehatan yang lain sehingga asuhan yang diberikan dapat optimal dan komprehensif. (Nursalam, 2001: hal 63).

5.      Evaluasi Keperawatan 
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan  yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evaluasi proses (formatting) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan secara terus-menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan . sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Adapun evaluasi yang diharapkan pada penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan diagnosa yang  muncul adalah mempertahankan jalan napas, mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi, bebas dari distress pernapasan, nyeri berkurang  / hilang , bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan berat badan menjadi ideal, melakukan perubahan perilaku dan pola hidup untuk meningkatkan kesehatan dan menurunkan resiko pengaktifan ulang penyakit Tuberculosis Paru. (Nursalam, 2001 : hal 71)

6.      Perencanaan Pulang
Perencanaan pulang atau discharger planning pada pasien dengan tuberculosis paru adalah:
a.       Anjurkan klien untuk mengkonsumsi obat OAT secata teratur sesuai dengan instruksi dokter.
b.      Mencegah penyebaran infeksi, contoh membuang dahak ditempat yang tertutup dan tidak disembarang tempat bila perlu diberi larutan desinfektan
c.       Istirahat yang cukup.
d.      Menghidari suhu udara yang terlalu dingin dan lembab.
e.       Memperbaiki sirkulasi udara di rumah dengan ventilasi rumah yang memadai.
f.       Memberikan penyinaran matahari yang baik di rumah.
g.      Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor (polusi).
h.      Makanan yang dianjurkan Diet tinggi protein (Hewani : Daging, susu, telur, ikan. Nabati : Kacang-kacangan, tahu, tempe), Diet tinggi vitamin : Buah-buahan dan sayuran
i.        Makanan yang harus dihindari adalah  alcohol

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
v  TBC adalah suatu penyakit mematikan karena kuman Mycobacterium Tuberculosis, bersifat kronis atau menahun hingga berlangsung lama dan dapat menular.
v  Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
v  Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.
v  Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
v  Beberapa komplikasi yang sering ditemukan pada pasien TBC atau TB antara lain sebagai berikut : 1) kerusakan tulang dan sendi, 2) kerusakan otak, 3) kerusakan hati dan ginjal, 4) kerusakan jantung, 5) gangguan mata, dan 6) resistensi kuman.
v  Cara pencegahan TBC adalah sebagai berikut: 1) tidak meludah disembarang tempat, 2) ketika ada seseorang ingin batuk atau bersin menutup mulut untuk menjaga terjadinya penularan penyakit, 3) kesehatan badan harus sering di jaga, 4) jangan terlalu sering begadang , 5) jaga jarak aman terhadap penderita penyakit tbc. 6) sering-seringlah berolahraga supaya tubuh kita selalu sehat, 7) lakukan imunisasi terhadap bayi untuk mencegah penyakit tbc, 8) jemur tempat tidur bagi penderita tbc
v  Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.

B.     Saran
v  Yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi
v  TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

http://arizhandhy.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-tbc.html
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar