Sabtu, 20 April 2013

Askeb IV

DETEKSI DINI PENYULIT PERSALINAN

Pemanfaatan Partograf pada setiap persalinan kala I aktif

Partograf merupakan alat untuk mencatat  informasi berdasarkan observasi, anamnesia dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk menbuat keputusan klinik selama kala 1 persalinan.

          Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan.( saifudin, abdul bari. 2002).

           
Menurut depkes RI (2004), tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1.      Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai serviks melalui pemeriksaan dalam.
2.      Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.

Menurt depkes RI (2004) partograf harus digunakan :
1.      Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elmen penting asuhan  persalinan. partograf harus di gunakan, baik ataupun adanya penyulit.

2.      Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, menevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.

3.      Selama persalinan dan kelahiran di semua temp   ( rumah, puskesmas,klinik bidan swasta, rumah sakit,DLL).
4.      Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu sekama pesalinan dan kelahiran ( dr. spesialis obstetric ginekologi, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteron).

BIDAN HARUS MENCATAT KONDISI IBU DAN JANIN
1. DJJ
2. Air ketuban
3. Moulage tulang kepala
4. Pembukaan serviks
5. Penurunan kepala
6. Waktu
7. Kontraksi
8. Obat yang diberikan
9. Nadi
10. Tekanan darah
11. Suhu badan
12. Protein, aseton dan volume urine
       Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinnya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu juga mecegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Mencatat temuan pada partograf :
1.      Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat mulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2.      Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom,lajur dan skala pada partograf adalah untuk pencatatn DJJ, air ketuban dan penyusupan ( kepala janin ).
a)      DJJ
Dengan menggunakan metode seperti yang di urauikan pada bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda – tanda gawat janin).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal 180. Tetapi,penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120
b)      Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban pecah. Catat temuan – temuan dalam kotak yang sesuai  di bawah lajur DJJ.
Gunakan – gunakan lambing berikut ini :
  U               : ketuban utuh (belum pecah)
  J     : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
  M   : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
  D               : ketuban sudah pecah dan air ketuan bercampur darah
  K               :ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
c)      Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjujkan kemungkinan adanya  Chepalo Pelvic Disporportion (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar – benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat di pusahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu tangan tanda – tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai. Gunakan lambing lambing berikut :
0            : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat di    palpasi.
1            : tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2             : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat di  pisahkan.
                                          3             : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih da tidak dapat dipisahkan
3.      Kemajuan persalinan
      Menurut Depkes (2004), kolom dan lajr kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
a)      Pembukaan serviks
            Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering di lakukan jika ada tanda – tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus di tulis digaris waktu yang sesuai dengan jalur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan dalam yang di lakukakn pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b)      Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
            Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian fisik bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam(setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda – tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
            Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya di ikuti dengan turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar & cm.
c)      Garis waspada dan garis bertindak
            Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 jam cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus di mulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus di pertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang di perlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitaskesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obsetetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 lajur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampui.
4.      Jam dan waktu
a)      Waktu mulainya fase aktif persalinan
            Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak – kotak yang di beri angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainnya fase aktif persalinan.
b)      Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
            Di bawah lajur kotak untuk waktu misalnya fase aktif, tertera kotak – kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyebabkan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
5.      Kontraksi uterus
      Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai.
6.     Obat – obatan dan cairan yang di berikan
      Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat – obat lainnya dan cairan IV.
a.       Oksitosin
            Jika tetesan (drip) oksitosin sudah di mulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang di berikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
b.      Obat – obatan lain dan cairan IV
            catat semua pemberian obat – obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7.      Kesehatan dan kenyamanan ibu
      Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan keehatan dan kenyamanan.
a.       Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh.
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
(1)               Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.
(2)               Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan.
(3)               Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau di anggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperature tubuh dalam kotak yang sesuai.
b.      Volume urine, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam ( setiap kali ibu berkemih).
8.      Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
      Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup :
a.       Jumlah cairan peroral yang di berikan.
b.      Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.
c.       Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (dokter obsgyn, bidan, dokter umum).
d.      Persiapan sebelum melakukan rujukan.
e.       Upaya rujukan.

Pencatatan pada lembar belakang partograf :
                  Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal – hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan – tindakan yang di lakukan sejak pesalinan kala I hingga IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini di sebut sebagai catatn persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang di berikan pada ib u dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutamam pada pemantaun kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan). Selain itu, catatan persalinan( yang sudah di isi dengan lengkap dan tepat) dapat pula di gunakan untuk menilai atau memantau sejauh mana telah di lakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman.
Bagian-bagian dari partograf :
1.      Kemajuan persalinan
         Pembukaan serviks (setiap 4 jam)
         Penurunan kepala janin (setiap 4 jam)
         Kontraksi uterus (setiap 30 menit)

2.      Keadaan Janin
         DJJ (setiap 30 menit)
         Warna dan jumlah air ketuban (setiap PD)
         Molase tulang kepala janin (setiap PD)
3.      Keadaan ibu
         Nadi (setiap 30 menit)
         Tekanan darah, suhu (setiap 4 jam)
         Urine : volume dan protein (setiap 2-4 jam)
         Obat-obatan dan cairan IV








Penilaian pada partogaf yang menggunakan tanda/symbol khusus
Temuan
Penilaian
Tanda
DJJ
/menit

Ketuban
selaput Utuh
selaput pecah, air ketuban Jernih
selaput pecah, air ketuban bercampur Mekoneum
selaput pecah, air ketuban bercampur Darah
selaput pecah, dan tidak ada air ketuban (Kering)
U
J
M
D
K
Molase
Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura mudah dipalpasi.
Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih bisa dipisahkan
Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
0
1
2
3
Pembukaan serviks
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
X
Penurunan kepala janin
0/5 = jika kepala janin tidak teraba dari luar atau seluruhnya sudah melalui simfisis pubis.
1/5 = jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di atas simfisis pubis.
2/5 = jika hanya 2 dari 5 jari bagian kepala janin teraba di atas simfisis pubis. Berarti hampir seluruh kepala telah turun ke dalam saluran panggul (bulatnya kepala tidak dapat diraba dan kepala janin tidak dapat digerakkan).
3/5 = jika hanya 3 dari 5 jari bagian kepala janin teraba diatas simfisi pubis.
4/5 = jika sebagian besar kepala janin berada di atas simfisis pubis.
5/5 = jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di atas simfisis pubis.
O
Kontraksi uterus
(dalam 10 menit)
Kurang dari 20 detik
Antara 20 – 40 detik
Lebih dari 40 detik

Nadi


Tekanan darah
mmHg











DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan .
Banyak para ahli mendefinisikan pengertian masa nifas,yaitu :
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).

Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).

B.     Tujuan Asuhan Masa Nifas
         Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
         Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
         Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.Memberikan pelayanan keluarga berencana.
         Mendapatkan kesehatan emosi.

C.     Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu:
         Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan.
         Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 – 14 hari).
         Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 miggu setelah persalinan (36 – 42  hari).


D.    Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
         Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
         Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
         Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
         Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

E.      Pelayanan yang diberikan adalah :
         Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
         Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
         Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
         Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
         Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama.
         Pelayanan KB pasca salin

2 Jam Masa Nifas

Masa nifas adalah periode berakhirnya persalinan (akhir kala III persalinan sampai akhir 6 minggu pertama post partum).
Nifas adalah sejak satu jam setelah plasenta lhir sampai akhir minggu ke-6 atau berlangsungnya selama 42 hari.
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
Pemeriksaan yang dilakukan pada ibu nifas adalah:
1. Pada 2-6 jam pertama
· TD. Pada proses persalinan terjadi peningkatan tekanan darah sekitar 15 mmHg untuk systol dan 10 mmHg untuk diastole namun kembali normal pada saat post partum.
· Suhu. Dapat naik sekitar 0,5C dari kedaaan normal tetapi tidak lebih dari 38 C dan dalam 12 s/d 24 jam pertama post partum kembali normal
· Denut nadi. Denyut nadi biasanya 60-80 x/i kecuali persalinan dengan penyulit perdarahan, denyut nadi dapat melebihi 100 x/i
· Fundus kembali keras dan bulat di atas pusat
· Perdarahan pervaginam. Jumlah seperti menstruasi terdapat gumpalan namun tidak lebih besar dari kulit jeruk
· Blass tidak teraba karena ibu dapat BAK dengan lancar.
2. Pemeriksaan rutin setiap hari
· Pemeriksan fisik
· Tanda vital
· Payudara dan puting susu jika diinspeksi tidak ada kemerahan dan nyeri
Aktifitas asuhan kebidanan dalam periode nifas dapat dikategorikan sebagai pemulihan dan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesejahteraan emosional dan pemberian informasi, pendidikan serta saran praktis dari yang berpengalaman. Pada ibu dalam masa nifas terdapat perubahan – perubahan :
1. PERUBAHAN FISIOLOGIS
Setelah keluarnya plasenta, kadar sirkulasi hormone HCG ( human chorionic gonadotropin ), human plasental lactogen, estrogen dan progesterone menurun. Human plasental lactogen akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 minggu setelah melahirkan. Kadar estrogen dan progesterone hampir sama dengan kadar yang ditemukan pada fase folikuler dari siklus menstruasi berturut – turut sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan polipeptida dan hormone steroid ini mengubah fungsi seluruh system sehingga efek kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil, sekalipun pada wanita para.perubahan – perubahan yang terjadi yaitu :
· Sistem cardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh darah kembali ke ukuran semula.
1. Volume darah
Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa variabel. Contohnya kehilangan darah selama persalinan, mobilisasi dan pengeluaran cairan ekstravaskular. Kehilangan darah mengakibatkan perubahan volume darah tetapi hanya terbatas pada volume darah total. Kemudian, perubahan cairan tubuh normal mengakibatkan suatu penurunan yang lambat pada volume darah. Dalam 2 sampai 3minggu, setelah persalinan volume darah seringkali menurun sampai pada nilai sebelum kehamilan.
2. Cardiac output
Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II persalinan. Puncaknya selama masa nifas dengan tidak memperhatikan tipe persalinan dan penggunaan anastesi. Cardiac output tetap tinggi dalam beberapa waktu sampai 48 jam post partum, ini umumnya mungkin diikuti dengan peningkatan stroke voluma akibat dari peningkatan venosus return, bradicardi terlihat selama waktu ini. Cardiac output akan kembali pada keadaan semula seperti sebelum hamil dalam 2-3 minggu.
· Sistem haematologi
1. Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma sedikit menurun, tetapidarah lebih kentaldengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan pembekuan darah.
Haematokrit dan haemoglobin pada hari ke 3-7 setelah persalinan. Masa nifas bukan masapenghancuran sel darah merahtetapi tambahan-tambahan akan menghilang secara perlahan sesuai dengan waktu hdup sel darah merah. Pada keadaan tidak ada komplikasi, keadaan haematokrit dan haemoglobin akan kembali pada keadaan normalseperti sebelum hamil dalam 4-5 minggu post partum.
2. Leukositsis meningkat, dapat mencapai 15000/mm3 selama persalinan dan tetap tinggidalam beberapa hari post partum.
Jumlah sel darah putih normal rata-ratapada wanita hamil kira-kira 12000/mm3. Selama 10-12 hari setelah persalinan umumnya bernilai antara 20000-25000/mm3, neurotropil berjumlah labih banyak dari sel darah putih, dengan konsekuensi akan berubah. Sel darah putih, bersama dengan peningkatan normal pada kadar sedimen eritrosit, mungkin sulit diinterpretasikan jika terjadi infeksi akut pada waktu ini.
3. Faktor pembekuan
Suatu aktivasi faktor pembekuan darah terjadi setelah persalinan. Aktivasi ini, bersamaan dengan dengan tidak adanya pergerakan, trauma atau sepsis, yang mendorong terjadinya tromboemboli. Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran dari tempat plasenta.
4. Trombosis
Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda trombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak kemerahan yang dirasakan keras atau padat ketika disentuh). Mungkin positif terdapat tanda-tanda human’s (doso fleksi kaki dimana menyebabkan otot-otot mengkompresi vena tibia dan ada nyeri jika ada trombosis). Penting untuk diingat bahwa trombisis vena-vena dalam mungkin tidak terlihat namun itu tidak menyebabkan nyeri.
5. Varises
Varises pada kaki dan sekitar anus (haemoroid) adalah umu pada kehamilan. Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera kembali setelah persalinan.
· Payudara
Kadar prolaktin, yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior meningkat secara stabil selama kehamilan, tetapi hormone plasenta menghambat produksi ASI. Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesterone menurun, prolaktin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara. Air susu, saat diproduksi, disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara diisap oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi.
Pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior distimulsi oleh isapan bayi. Hal ini menyebabkan konttraksi sel – sel mioepitel didalam payudara dan pengeluaran ASI. Oksitosin juga menstimulasi kontraksi miometrium pada uterus, yang biasanya dilaporkan wanita sebagai afterpain ( nyeri kontraksi uterus setelah melahirkan ).
ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu pada setiap harinya ±150-300 ml, sehingga kebutuhan bayi setiap harinya. ASI dapat dihasilkan oleh kelenjar susu yang dipengaruhi oleh kerja hormon-hormon, diantaranya hormon laktogen.
ASI yang akan pertama muncul pada awal nifas adalah ASI yang berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan kolostrum. Kolostrum sebenarnya telah terbentuk didalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12 minggu. Dan kolostrum merupakan ASI pertama yang sangat baik untuk diberikan karena banyak sekali manfaatnya, kolostrum ini menjadi imun bagi bayi karena mengandung sel darah putih

6 JAM  MASA NIFAS

1.      Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)
Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari bidan, karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24 jam pasca salin.
Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
c. Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif, cara menyusui yag baik, mencegah nyeri puting dan perawatan puting (Meilani, 2009: 54)
d. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
e. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
f. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil .
g. Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik.
h. Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien mengenai involusi uterus.
i. Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu.
j. Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan.
k. Bidan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadai kegawat daruratan (Meilani, 2009: 54).

6 HARI MASA NIFAS

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum agar dapat mendeteksi dini komplikasi dan penyulit yang mungkin terjadi.  Bidan perlu melakukan manajemen asuhan dengan mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk  mencegah atau mengobati komplikasi atau penyulit  dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
B.Komplikasi dan penyulit yang sering terjadi masa nifas 6 hari
a.       Gangguan Pada Payudara
1.      Bendungan air susu ibu.
Bendungan air susu atau “caked breast”, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu.Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekuser regular untuk terjadi laktasi.Keadaan ini bukan merupakan overdestensi sistem lakteal oleh susu.

Penatalaksanaan:                     
a. Keluarkan ASI secara manual/ASI tetap diberikan pada bayi.
b. Menyangga payudara dengan BH yang menyokong.
c. Kompres dengan kantong es
d. Pemberian analgesic

2.      Mastitis.
Inflamasi perinkimatosa glandula mammaemerupakan komplikasi ante partum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang dijumapi dalam masa nifas dan laktasi.
Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama masa nifas dan umumnya baru ditemukan setelah minggu ketiga atau keempat. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa menggigil atau gejala grigor yang sebenarnya, yang segera di ikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras serta kemerahan, dan pasien mengeluhkan rasa nyeri.

Gejala mastitis.
a. Gejala mastitis non-infeksius adalah:
1) Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang akut.
2) Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras didaerah nyeri tekan tersebut.
3) Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja.

b. Gejala mastitis infeksius adalah :
1) Ibu mengeluh lemah dan sakit pada otot seperti flu.
2) Ibu dapat mengeluh sakit kepala.
3) Ibu demam
4) Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara.
5) Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya.
6) Terjadi pembengkakan pada payudara.

Penatalaksanaan.
Bila payudara tegang dan kemerahan maka:
a. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
b. Sangga payudara.
c. Kompres dingin.
d. Bila diperlukan, berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
e. Ibu harus di dorong menyusui meskipun ada pus.
f. Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik untuk mengurangi demam dan nyeri.
g. Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (>39 0C), periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal.
h. Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam dan gejala berkurang.
i. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
3.      Putting susu lecet
a.Penyebab:
1.      Kesalahan tehnik menyusui
2.      monoliasis/sariawan mulut bayi yg menular ke putting
3.      pemakaian sabun, alcohol, krim atau zat iritan lain
4.      Bayi dg tali lidah (frenulum lingue) yang pendek
5.      menghentikan menyusu kurang hati-hati

b.Manajemen:
1.      Susukan pada putting yg normal terlebih dahulu
2.       < frekensi dan lamanya menyusu pada putting yg lecet
3.      Tehnik menyusui yang benar
4.      pelembut putting dan anti infeksi
5.      Hindari sabun, alcohol atau zat iritan lain
6.      Bubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yg sudah dimasak untuk menghindari payudara penuh

4.      Saluran susu tersumbat (OBSTRUCTIVE DUCT)
a.Penyebab:
Saluran yang tidak efektif karena:

  •    Posisi dan tehnik yang salah sewaktu menyusui Hisapan yang kurang baik
  •    Tidak sering disusukan termasuk tidak disusukan
  •    Tekanan jari ibu, tidur atau baju waktu menyusui
  •    Pemakaian BH yang ketat
  •    Stress dan kelelahan
  •    Sumbatan pada putting


b.Komplikasi dari: putting lecet, payudara bengkak
a.       Gejala:
  •         Benjolan terlihat jelas dan lunak
  •          Nyeri, bengkak yang terlokalisir
  •          Kadang meradang dan merasa tidak nyaman, panas
c.Manajemen:
  •         Masase
  •         Kompres panas dingin secara bergantian
  •         Keluarkan ASI setelah menyusui bila masih terasa penuh
  •         Ubah posisi menyusui  
  •    Infeksi masa nifas atausis puerperalis. 
  •    Bakteri penyebab sepsis puerpuralis:
  •      Streptokoccus.
  •      Stafilokoccus.
  •      E. Coli.
  •     Clostridium tetani.
  •     Clostridium welchi.
  •     Clamidia dan gonocokkus.
b.      Bakteri ini masuk kedalam vagina dari luar yaitu:
  •          Malalui tangan dan alat yang tidak steril.
  •          Melaluui substansi.
  •          Malalui aktivitas seksual.
c.       Tanda dan gejala sepsis puerpuralis.
  •          Demam.
  •          Nyeri pelviks.
  •          Nyeri tekan di uterus.
  •          Lokia berbau menyengat.
  •          Terjadi keterlambatan dalam penurunan uterus.
  •          Pada laserasi terasa nyeri., bengkak dan mengeluarkan darah.
d.      Faktor terjadi sepsis puerpuralis.
  •          Personal Hygiene yang buruk.
  •          Tekhnik asptik yang buruk.
  •          Manipulasi yang sangat banyak pada jalan lahir.
  •          Adanya jaringan mati pada jalan lahir.
  •          Inersi tangan, instrumen atau pembalutyang tidak steril..
  •          Laserasi vagina/serviks yang tidak di perbaiki..

6 MINGGU MASA NIFAS
Waktu 6 minggu setelah persalinan ( 36-42)
Tujuannya :
-          Menanyakkan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau ibu hadapi
-          Menilai adanya tanda-tanda  demam, infeksi atau perdarahan abdormal
-          Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan , cairan dan istirahat
-          Memberikan konseling pada ibu mengenai  seluruh asuhan pada bayi, tali pusat , menjaga bayi  tetap hangat dan merawat bayi
-          Gizi
-          Menentukan dan menyediakan  metode dan KB
-          Senam
-          Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi  ibu
-          Rencana untuk bayi  serta imunisasi
-          Perhatikan kondisi umum ibu






                        









REFERENSI
·      Varney,Hellen,1997.Verney Midwifery Textbook.Newyork:Jones and Burtlett
·      JNPK,2002.Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal.Jakarta
·      Saefuddin, A.B.2000. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonanatal .Jakarta
·      Rukiah,Yeyeh  Rukiyah,2002. Asuhan Kebidanan IV. Trans Info Media Jakarta


SOAL ASKEB IV
Kasus I ( no 1 s/d 3 )
Ny. A umur 38 tahun, melahirkan anak ke 3, bayi lahir 30 menit yang lalu, jenis kelamin laki – laki, sehat , BBL 3000 gram, plasenta belum lahir.

1.        Sesuai data diatas, Ny. A mengalami….
A.  Plasenta restan
B.  Plasenta previa
C.  Solusio plasenta
D.  Retensio plasenta
E.   Vasa previa

2.        Seharusnya Ny.A sudah mendapatkan injeksi oksitoksin sebanyak…
A.    1 x 10 IU
B.     2 x 10 IU
C.    3 x 10 IU
D.    4 x 10 IU
E.     5 x 10 IU

3.        Tindakan yang harus dilakukan bidan terhadap Ny. A adalah …
A.    pasang infuse
B.     manual plasenta
C.     pasang transfuse
D.    injeksi oksitoksin
E.     beri oksige
KASUS II ( no 4 s/d 7 )
Ny. M P5 A0 umur 35 tahun melahirkan bayi laki-laki dengan berat badan 3600 gram, plasenta lahir spontan , perdarahan 550cc,kontraksi uterus lembek.

4.    Berdasarkan kasus tersebut diatas, perdarahan yang dialami Ny. M disebabkan oleh :
A.    Atonia Uteri
B.    Ruptura Uteri
C.   Laserasi serviks
D.   Laserasi Perineum
E.    Retensio Sisa Plasenta

5.    Tindakan yang harus segera dilakukan bidan selanjutnya adalah :
A.    Berikan Infus
B.    Lakukan Rujukan
C.   Berikan Ergometrin 0,2 IM
D.   Lakukan Kompresi  Bimanual Internal
E.    Lakukan Kompresi Bimanual Eksternal

6.    Setelah dievaluasi tindakan pertama bidan, uterus mulai berkontraksi, berapa lamakah     waktu yang dibutuhkan untuk mempertahankan tindakan tersebut?
A.    2 menit
B.    3 menit
C.   4 menit
D.   5 menit
E.    6 menit

7.    Apabila setelah dilakukan evaluasi , uterus tidak berkontraksi, maka urutan tindakan selanjutnya adalah:
A.    Anjurkan keluarga untuk membantu melakukan KBE
B.    Berikan ergometrin 0,2 mg IM
C.   Berikan misoprotol 600-1000 mcg per rectal
D.   Pasang infus RL + 20 unit oksitosin
E.    Ulangi KBI

KASUS III (  no. 8 s.d 10)
Ny. S usia 38 tahun G2 P0 A1, datang ke bidan inpartu sisa dukun, kenceng-kenceng sering dan teratur sejak 2 hari yang lalu. Telah di pimpin mengejan oleh dukun 3 jam yang lalu. KU Lemah, kelelahan. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 100x/menit, suhu 39 ◦C, VT pembukaan 8 cm, kepala turun di hodge III, DJJ 182x/menit.

8.      Sesuai kasus diagnose Ny. S adalah…
A.      Partus lama
B.      Partus kasep
C.       Partus macet
D.      Partus lambat
E.       Partus tak maju




9.      Dari data DJJ, janin mengalami…
A.       Infeksi genital
B.      Sepsis intra partum
C.      Infeksi intra uterin
D.      Infeksi ekstra uterin
E.       Fetal distress


10.      Sesuai data persalinan Ny. S segera di akhiri dengan …
A.     Sectio caesarea
B.     Versi ekstraksi
C.     Forcep ekstraksi
D.     Vaccum ekstraksi
E.      Induksi persalinan











JAWABAN
  1.      D
  2.      C
  3.      B
  4.      A
  5.      D
  6.      A
  7.      A
  8.      A
  9.       E
  10.      A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar